, Pyongyang - Korea Utara menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-15 pada pukul 02.48, Rabu 29 November 2017.
Sehari sebelumnya, sang pemimpin tertinggi mengeluarkan titah. "Peluncuran uji coba disetujui. Pelaksanaannya kala fajar 29 November! Tembakkan dengan gagah berani demi partai dan negara!," demikian perintah yang ditandatangani Kim Jong-un, yang disiarkan media corong Korut, KCNA, seperti dikutip dari FoxNews, Rabu malam.
Foto Kim Jong-un, berkaca mata dan rambut disisir klimis ke belakang, sedang membubuhkan tanda tangan di atas kertas juga dirilis.
Advertisement
Pihak Pyongyang mengklaim, itu adalah rudal terdahsyat yang mereka miliki. Lebih kuat dan bisa dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir besar.
Baca Juga
Korut mengklaim, Rudal Hwasong-15 mencapai ketinggian 4.475 kilometer, terbang sejauh 950 kilometer dalam waktu 53 menit, sebelum akhirnya jatuh di titik 250 kilometer dari pantai timur Jepang.
Rudal itu, menurut Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis, "Lebih tinggi dari yang sebelumnya sudah mereka luncurkan." Bos Pentagon itu menambahkan, Korea Utara kini telah menjadi ancaman bagi dunia.
Proyeksi lebih mengerikan disampaikan sejumlah ahli. "Jika diluncurkan pada lintasan rata, misil itu bisa menempuh jarak sejauh 13.000 km. Cukup untuk mencapai Washington DC," kata Scott Seaman, direktur biro Asia untuk firma konsultan Eurasia Group, seperti dikutip dari CNBC.
Sedangkan, David Wright, direktur program keamanan global untuk firma analis nonprofit Union of Concerned Scientist menyebut, "Rudal semacam itu akan memiliki jarak yang lebih dari cukup untuk mencapai Washington DC. Bahkan, sebenarnya mampu mencapai sebagian besar daratan Amerika Serikat."
Sebaliknya, Michael Elleman, analis rudal balistik untuk 38 North -- program milik Institut AS-Korea di Johns Hopkins University mengatakan, peluncuran tersebut justru menunjukkan, Korut hanya sedikit lebih maju dalam pengembangan teknologi ICBM.
"Masih banyak tes yang harus dilakukan untuk memastikan kinerja dan keandalan misil," kata Elleman seperti dikutip dari USA Today.
Ia menambahkan, kemampuan rudal Korut masuk kembali ke atmosfer masih dipertanyakan. Padahal teknologi tersebut sangat penting untuk mengirimkan hulu ledak ke sasaran.
"Masih perlu waktu bagi Korea Utara untuk memiliki ICBM yang bisa mencapai daratan Pantai Barat AS, meski mereka terus maju," kata dia.
Senada, Chad O’Carroll, direktur pelaksana perusahaan riset dan analisis Korea Risk Group mengatakan, meski Pyongyang mengklaim rudal balistik antarbenua mereka telah siap, itu bisa saja berarti mereka siap untuk memulai produksi massal Hwasong-15.
Tidak jelas apakah Korut telah menguasai teknologi untuk membuat miniatur hulu ledak nuklir.
Sejauh ini wilayah Amerika Serikat masih aman. Komando Pertahanan Udara Amerika Utara atau North American Aerospace Defense Command (NORAD) mengatakan, rudal yang diluncurkan Korut Rabu dini hari tak menghadirkan ancaman bagi AS.
"Tak ada ancaman bagi Amerika Utara, teritori kita (AS), atau pihak sekutu, kata juru bicara Pentagon, Kolonel Robert Manning kepada Fox News.
Uji coba rudal terbaru Korut memicu kecaman dunia. Korea Selatan bahkan langsung merespons dengan meluncurkan salah satu rudal balistiknya.
Bagi sejumlah pihak, peluncuran yang dilakukan oleh Korea Utara itu tak hanya menunjukkan kemajuan teknologi rudal mereka.
Setidaknya ada dua hal yang ingin disampaikan pihak Kim Jong-un: ancaman rudal Korut semakin nyata dampaknya bagi Amerika Serikat. Kemudian, mereka tak sudi bernegosiasi.
Beberapa bulan lalu, diplomat top Amerika Serikat yang menangani isu Semenanjung Korea, Joseph Yun pernah mengatakan bahwa negaranya siap membuka pintu dialog dengan Korea Utara, jika Pyongyang sepakat untuk menunda seluruh peluncuran misil selama 60 hari.
Uji coba rudal 29 November, berjarak sekitar 74 hari dari tes terakhir yang dilakukan Korea Utara pada 15 September 2017.
Dengan meluncurkan rudal, Korut tak hanya menantang AS, tapi juga memalingkan muka dari China dan Rusia, para sekutunya yang juga mendukung proposal damai.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Perang Jadi Solusi Final?
Bahkan ketika rudal Korea Utara masih meluncur di angkasa, kabar soal provokasi terbaru Pyongyang sudah sampai ke telinga Donald Trump. Ia pun segera menggelar rapat darurat.
"Kami akan mengurusnya ... Ini adalah situasi yang akan ditangani," kata Donald Trump, beberapa jam usai peluncuran rudal Korut.
Tak berapa lama kemudian, Presiden ke-45 AS itu 'berkicau' lewat akun Twitter pribadinya. "Usai peluncuran rudal Korea Utara (29 November), sangatlah penting bahwa anggaran kita dialirkan untuk mendanai pemerintah dan militer!"
Belakangan, Trump mengancam, sanksi baru akan dijatuhkan pada Korut.
Seperti dikutip dari Time, Rabu 29 November 2017 malam, dalam pembicaraan dengan pemimpin China, Presiden Xi Jinping ia meminta agar Beijing menggunakan segala macam cara untuk mengembalikan Korut ke jalur denuklirisasi.
"Pembicaraan terkait aksi provokatif Korut. Sanksi tambahan akan dijatuhkan pada Korea Utara hari ini. Situasi ini akan ditangani!," kata Trump.
Presiden Donald Trump juga telah menjalin komunikasi diplomatik dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe serta Presiden Korea Selatan Moon Jae-in terkait isu rudal Korea Utara.
Utusan AS untuk PBB Nikki Haley dan rekan-rekannya dari Jepang dan Korea Selatan juga telah meminta sebuah pertemuan Dewan Keamanan darurat pada Rabu 29 November 2017 waktu setempat.
Seperti dikutip dari CNN, sikap Donald Trump -- yang tak sekeras sebelumnya -- mungkin adalah suatu langkah terkalkulasi karena tak ingin terjebak dalam arus retorika agresif Kim Jong-un.
Atau bisa pula, tanggapan Trump yang cenderung relatif halus itu mencerminkan bahwa sesungguhnya sang presiden, tak hanya kehilangan retorika agresifnya, namun juga mengalami kekurangan opsi dalam menangani Korea Utara.
"Tak ada yang berubah. Kami sudah lakukan pendekatan serius, tapi tak berubah," kata Trump.
Sang miliarder nyentrik diduga dalam posisi dilematis. Peluncuran rudal Korea Utara pada 29 November menjadi bukti kuat bahwa langkah diplomasi yang selama ini dilakukan oleh AS tak kunjung membuahkan hasil -- yakni melucuti program pengembangan serta teknologi rudal nuklir Korut.
Maka, jika diplomasi takkan menghasilkan hasil positif, maka diprediksi, Donald Trump akan mempertimbangkan opsi militer demi menghentikan krisis rudal dan nuklir Korea Utara.
Penerapan opsi militer akan menjadi pengambilan keputusan yang paling high profile atau menarik perhatian publik, yang pernah dilakukan oleh seorang presiden sebuah negara sejak Perang Dunia II berakhir.
Opsi itu juga diprediksi akan menarik perhatian serta partisipasi negara internasional lainnya (seperti koalisi AS, China, dan Rusia), yang diprediksi akan memicu konflik bersenjata berskala besar, bahkan mengglobal.
Di sisi lain, Donald Trump mungkin terpaksa harus menerima Korut sebagai salah satu negara pemilik misil balistik berhulu ledak nuklir, yang sewaktu-waktu mampu mengirimkannya ke Negeri Paman Sam.
Opsi Perang Masih Terbuka
Namun, opsi perang ternyata masih terbuka. "Jika kami harus berperang demi menghentikan (krisis rudal dan nuklir Korut) itu, maka kami akan melakukannya," kata Senator Lindsey Graham, Anggota Senat AS dari Partai Republik yang mewakili Negara Bagian Carolina Selatan.
"Jika perang berlangsung dengan Korea Utara, hal itu terjadi karena Korut yang menyulutnya. Kami akan berperang jika hal-hal itu (krisis rudal dan nuklir Korut) tidak berubah," tambah Senator Lindsey Graham.
Kendati demikian, menurut dia, opsi militer dan berperang bukan pilihan utama AS.
"Saya tak ingin berperang. Dia (Trump) tak ingin berperang. Tapi kami tak akan membiarkan pria gila di Korea Utara itu (Kim Jong-un) memiliki rudal dengan kapabilitas yang mampu menyerang daratan AS."
"Trump siap (untuk berperang) jika dibutuhkan, guna menghancurkan rezim Korut demi melindungi Amerika Serikat. Jika Trump harus memilih untuk menghancurkan rezim Korea Utara atau membiarkan Korut menghancurkan daratan AS, maka Trump akan memilih menghancurkan rezim Korea Utara," tambahnya.
Korea Utara sendiri bersikukuh tak ingin melucuti persenjataan rudal dan nuklirnya. Kim Jong-un percaya, ia membutuhkan senjata pemusnah massal untuk bertahan.
Seperti dikutip dari Sky News, sejumlah diktator lain yang mundur dan menghentikan program nuklir mereka, dilengserkan Barat dan berakhir di peti mati: Saddam Hussein dan Moammar Khadafi.
Pasca-peluncuran senjata nuklir Korut, Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson mengatakan, opsi diplomatik untuk mengakhiri krisis nuklir Korea Utara masih tetap terbuka. Setidaknya sampai saat ini.
Terkini Lainnya
Rudal Korea Utara Terbaru Kali Ini Mampu Menjangkau Washington DC
10 Fakta Gila Korea Utara yang Mencengangkan
6 Misteri Indonesia yang Bikin Penasaran Dunia
Perang Jadi Solusi Final?
Korea Utara
korut
Rudal Korut
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Kesedihan Selimuti Fan Zone Copacabana Brasil
Mengejutkan, Uruguay Depak Brasil dari Copa America 2024
Hasil Copa America 2024 Uruguay vs Brasil: Selecao Kalah Dramatis Lewat Adu Penalti, La Celeste Tantang Kolombia di Semifinal
Hasil Copa America 2024 Kolombia vs Panama: Gulung Los Canaleros 5-0, Luis Diaz Cs Kunci Tiket Semifinal
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Uruguay vs Brasil, Segera Dimulai
Ketua KPU
KPU Minta Kasus Pencabulan Hasyim Asy'ari Tidak Menyeret-nyeret Keluarga
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Maju Pilkada 2024, Eman Suherman Berkomitmen Tulus Bantu Warga Majalengka
KPU Diminta Perkuat Iman Usai Tercoreng kasus Asusila Hasyim Asy'ari
Lumayan! Ini Besaran Gaji PPS Pilkada 2024 dan Masa Kerjanya, Simak Cara Daftarnya
Bawaslu Sulut Pastikan Pengungsi Gunung Ruang Punya Hak Pilih dalam Pilkada 2024
Nadiem Makarim Masuk Daftar Usulan Cagub DKI dari PSI Jakut
Hasil Mukerwil DPW PPP Sulsel: Dukung Kepemimpinan Mardiono hingga Sepakat Sukseskan Pilkada 2024
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
7 Juli 1937: Awal Mula Insiden Jembatan Marco Polo, Sekitar 100.000 Orang China Tewas
Populer
Jepang dan Sejumlah Negara Anggota NATO Akan Latihan Militer di Hokkaido, Sinyal Waspada untuk China?
Serangan Udara Israel Tewaskan 16 Orang di Sekolah Gaza
Minibus di Ukraina Barat Kecelakaan, 14 Orang Tewas
Produser Film Titanic Jon Landau Meninggal Dunia di Usia 63 Tahun
Ketegangan Meningkat, Taiwan Deteksi 62 Pesawat Militer China dalam 24 Jam
Serangan Udara Rusia Bikin 100.000 Warga Ukraina Kehilangan Aliran Listrik
Survei: Status Ekonomi Rendah Picu Kaum Muda Korea Selatan Enggan Menikah
7 Juli 1937: Awal Mula Insiden Jembatan Marco Polo, Sekitar 100.000 Orang China Tewas
Hubungan William-Kate dan Harry-Meghan Disebut-sebut Tak Bisa Sehangat Dulu
Astronot NASA Keluar dari Simulasi Misi Mars Setelah Bertahan 378 Hari
Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Hadiah Piala Eropa atau Euro 2024 Bikin Ngiler, Cek di Sini Besarannya
Akanji Gagal Penalti di Laga Inggris Vs Swiss, Punya Nilai Pasar Rp 782 Miliar
Cristiano Ronaldo Buka Suara usai Gagal Antar Portugal ke Semifinal Euro 2024, Apa Katanya?
Tampil Kompak, Ini 7 Potret Andrea Dian dan Ganindra Bimo Nonton Euro 2024 di Jerman
Berita Terkini
Menguak Mitos dan Fakta Migrain yang Banyak Diderita Pekerja Produktif
Isi Suara Kapten Divisi Pertama Gen Narumi, Seiyuu Kōki Uchiyama Bergabung di Episode Terakhir Anime Kaiju No. 8
Hanya Satu Putra Daerah yang Lolos, Seleksi Taruna Akpol NTT Tuai Protes
Dahsyatnya Menulis Basmalah di Bulan Muharram, Berkah Keberuntungan hingga Perlindungan Allah
Polisi Tahan Anggota DPRD Lampung Tengah yang Diduga Tembak Warga hingga Tewas
3 Alasan Timnas Indonesia Layak Juara Piala AFF U-19 2024
Kronologi Warga Tewas Tertembak Senjata Api Milik Anggota DPRD Lampung Tengah
Turis Indonesia Rugi hingga Rp20 Juta Saat Liburan ke Jepang, Beri Saran Pesan Tiket Pesawat Lintas Kota dan Riset Destinasi
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Senin 8 Juli 2024
Update Korban Longsor Tambang Suwawa, 2 Tewas 4 dalam Pencarian
Cegah Pungli Dunia Pendidikan, Satgas Saber Pungli Provinsi Jabar Luncurkan Film "Hantu di Sekolah"
Kebaikan Itu Tidak Usah Muluk-Muluk Kata Gus Baha, Emang Kenapa?
Momen Kaesang Pangarep dan Erina Gudono Ikut Tapa Bisu di Kirab Malam 1 Sura Pura Mangkunegaran
Gempa Batang, BNPB Siapkan Lokasi Pengungsian dan Pendataan Warga Terdampak
Dari Mojang Bandung, Harashta Toreh Sejarah jadi Miss Supranational 2024