, Jakarta - Google bukanlah perusahaan terkaya atau paling menguntungkan di dunia. Tapi raksasa mesin pencari itu dianggap memiliki potensi ancaman terbesar pada privasi, keamanan, dan kemerdekaan seseorang. Benarkah demikian?
Baca Juga
Advertisement
Mungkin sebagian dari kita mempertanyakan apakah tudingan itu benar, apalagi Google menyediakan surel, penyimpanan, dan layanan analitik gratis. Itu jelas bukan sesuatu yang jahat.
Benar, Google memang berhasil luput dari ulasan negatif seperti yang dialami Walmart atau bahkan Facebook.
Kenyataannya, seperti dikutip dari toptenz.net pada Kamis (13/7/2017), Google masih dianggap berbahaya oleh sebagian orang, berikut alasannya:
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
1. CEO Eric Schmidt Bukan Insinyur Biasa
Setelah mengambil alih Google pada 2001, Eric Schmidt yang menjadi CEO di sana membawa perusahaan menjadi suatu 'kerajaan'. Schmidt lahir di kawasan sekitar Washington, DC.
Setelah lulus sarjana teknik di Princeton, ia kemudian meraih PhD dari University of California di Berkeley, lalu bergabung dengan Sun Microsystems.
Sun Microsystems memiliki kontrak yang lumayan dengan pemerintah. Tapi hubungannya dengan pemerintah dan para tokoh kunci barulah permulaannya.
Kemudian, sebagai CEO untuk Novell yang berada di Utah, Schmidt dua kali menyumbang US$ 1000 kepada senator Orrin Hatch dari Partai Republik. Istri Schmidt juga menyumbang dalam jumlah yang sama kepada Hatch. Sumbangan itu berlanjut.
Menjelang 2001, Schmidt telah menyumbang kepada puluhan politisi seperti Al Gore, George W. Bush, Dianne Feinstein, dan Hillary Clinton. Ada beberapa sumbangan yang bernilai hingga US$ 100 ribu.
Ia juga mulai mendekat kepada beberapa pemain besar di Washington dan bergabung sebagai dewan pimpinan New America Foundation yang berkedudukan di Washington, DC.
Yayasan itu menyatakan bertujuan mempengaruhi kebijakan dengan, "menggunakan jejaring pakar yang disetujui dalam keamanan nasional, kebijakan luar negeri, dan teknologi untuk menempatkan ratusan artikel dan tulisan opini setiap tahun."
Advertisement
2. Lebih Digdaya dari yang Kita Bayangkan
Ketika suatu nama perusahaan menjadi kata kerja, maka perusahaan itu sesungguhnya sudah meraih suatu tempat istimewa. Tapi itu tidak terjadi secara kilat.
Pada 1998, yaitu tahun pertama Google, para pengguna melakukan 500 ribu pencarian setiap hari. Hampir 20 tahun kemudian, ada lebih dari 2,3 juta pencarian setiap menit.
Itu berarti Google memproses lebih dari 100.000.000.000 pencarian setiap bulan. Luar biasa.
Untuk setiap pencarian, Google mempertimbangkan 200 faktor sebelum memberikan hasil "terbaik” hanya dalam waktu sepersekian detik saja.
Kekuatan Google terbukti pada 2013, ketika sempat layanannya sempat mati selama 5 menit dan lalu lintas internet global langsung anjlok 40 persen.
Google telah menjadi sinonim dengan kata "mesin pencari" sehingga menguasai bagaimana dan apa yang orang-orang terima sebagai informasi.
Mengerikan membayangkan ada suatu perusahaan yang berkuasa membentuk informasi yang didapat oleh seseorang.
3. Berpengaruh
Google memiliki ambisi yang jauh lebih besar daripada sekadar perusahaan yang bertumpu pada iklan. Tidak banyak perusahaan yang menarik seorang mantan pejabat US State Department, Jared Cohen, yang pindah ke Google pada 2010 dan langsung menjangkau lingkar pembuat kebijakan luar negeri.
Cohen adalah mantan penasehat senior untuk Menteri Dalam Negeri Condoleezza Rice dan Hillary Clinton. Ia dipandang sebagai pakar terorisme, radikalisasi, dan dampak teknologi pada negara di Abad ke-21.
Dengan kehadiran Cohen, Google menciptakan kelompok pemikir (think tank) Google Ideas yang kemudian berada di bawah pimpinannya.
Kelompok yang sekarang bernama Jigsaw itu menyatakan tujuannya untuk memahami "tantangan global dan menerapkan solusi teknologi, mulai dari perlawanan terhadap terorisme, sensor daring, dan serangan siber hingga perlindungan akses terhadap informasi."
Setelah masuknya Cohen, ia dan Eric Schmidt menulis ulasan kebijakan untuk jurnal terbitan Council on Foreign Relations dan menyebutkan bahwa negara-negara demokratis telah membangun koalisi berdasarkan kesamaan demokrasi dan memiliki kemampuan untuk melakukannya dengan teknologi keterhubungan.
Menurut Cohen dan Schmidt, suatu perusahaan seperti Google menawarkan "suatu cara baru untuk menjalankan tugas melindungi warga di seluruh dunia."
Tak lama kemudian, Google unjuk kekuatan. Pada 2009, ketika Iran seakan bertekad melakukan revolusi untuk mendepak pemerintah yang berseberangan dengan Amerika Serikat, maka Cohen mendesak CEO Twitter, Jack Dorsey, untuk menunda perawatan rutin Twitter agar bisa membantu upaya-upaya revolusi.
Upaya revolusi di Iran memang gagal, tapi kemudian Musim Semi Arab merebak di seluruh Timur Tengah melalui penggunaan media sosial. Google sedang ada dalam posisi yang tepat untuk memperkokoh posisi demi pengaruh yang lebih besar.
Advertisement
4. Hubungan Google dan Pemerintah Asing
Google cukup sering bersitegang dengan China pada 2010 sehingga raksasa internet itu pernah mengancam akan menghentikan operasi di China setelah adanya dugaan serangan siber dan kebijakan sensor berkelanjutan oleh Beijing.
Pada Januari 2010, Google menyatakan tidak lagi melakukan sensor hasil pencarian seperti diminta oleh penguasa China dan memutuskan mengalihkan lalu lintas pencarian ke sejumlah server di Hong Kong sehingga mengantarkan hasil pencarian tanpa sensor kepada para pengguna di Tiongkok.
Tentu saja tindakan itu dianggap "tidak dapat diterima" oleh penguasa China.
Banyak media menggambarkan Google sedang terlibat dalam pertarungan moral melawan penindasan China.
Tapi Baidu, pesaing Google di China, menyatakan bahwa raksasa pencari itu hengkang dari China karena alasan finansial, bukan alasan etika.
Pada saat itu, Baidu memang sedang menjadi pemimpin pasar mesin pencari di China dengan penguasaan pasar sekitar 60 persen. Google hanya menguasai 31 persen pasar.
Karena tidak mampu bersaing, Google menggunakan politik untuk menyebut China sebagai 'penindas'.
5. Peran dalam Industri Pertahanan
Suatu pemahaman tentang perkembangan peran Google dalam pemerintahan terkuak melalui permintaan informasi berlandaskan Freedom of Information.
Sejumlah surel membuktikan transisi Google ke dalam industri pertahanan. Pertukaran surel antara Schmidt dan rekannya Sergey Brin menunjukkan bahwa mereka saling menyebut nama depan dengan pimpinan NSA saat itu, Jenderal Keith Alexander.
Terkuak juga suatu program yang dikenal publik, yaitu, "Enduring Security Framework" yang bertujuan memuluskan berbagi informasi antara perusahaan-perusahaan teknologi di Silicon Valley dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan Pentagon.
Alexander menulis kepada seorang eksekutif Google demikian, "Pemikiran Anda sebagai anggota penting Defense Industrial Base sungguh bernilai untuk memastikan upaya ESF memiliki dampak yang terukur."
Apakah "Defense Industrial Base" itu? Menurut Department of Homeland Security, istilah itu mengacu kepada "kumpulan industri seluruh dunia yang memungkinkan penelitian dan pengembangan, demikian juga rancangan, produksi, pengiriman, dan perawatan sistem, subsistem, dan komponen atau suku cadang militer, untuk memenuhi persyaratan militer AS."
Advertisement
6. Teknologi dan Perubahan Rezim
Google memandang pembukaan batas-batas sebagai cara agar teknologi mereka berkembang. Dalam buku yang ditulis CEO perusahaan itu, "sebagaimana Lockheed Martin pada Abad ke-20, demikianlah halnya perusahaan teknologi dan keamanan siber pada Abad ke-21."
Tulisan itu melanjutkan dengan menyebutkan bahwa teknologi yang dihadirkan oleh sektor swasta dapat menjadi kekuatan pendorong "demokratisasi" negara-negara bermusuhan dan Dunia Ketiga, sehingga siap bagi investasi swasta.
Tak lama kemudian, revolusi media sosial Tunisia dan Mesir menggembirakan banyak pihak di Barat, terutama sektor pemerintahan dan membawa perusahaan seperti Google naik derajat.
Banyak perusahaan internet berusaha mengisi ceruk di pasar baru itu, tapi Google sudah kokoh sebagai pemain besar di sana.
7. Big Brother
Pada 2014, Google mengumumkan melakukan pembelian perusahaan Nest senilai US$ 3,2 miliar. Perusahaan itu membuat alat deteksi asap dan termostat pintar.
Timbul pertanyaan di kalangan sebagian investor dan analis perusahaan, walaupun wajar saja kalau ada dugaan bahwa akuisi itu dilakukan karena satu alasan, yaitu informasi.
Google ingin mengumpulkan sebanyak mungkin informasi pengguna dan visi Nest tentang suatu perangkat yang membantu menghadirkan "rumah berkesadaran" hanyalah satu langkah tambahan menuju tujuan Google.
Sepertinya tidak berbahaya, karena alat deteksi bisa membedakan roti panggang yang hangus dan kemungkinan suatu kebakaran.
Jangan lupa, kebocoran Vault 7 membuktikan bagaimana majunya teknologi yang dipakai oleh pemerintah untuk mengawasi rakyatnya. Televisi dan telepon bisa dimanfaatkan menjadi perangkat dengar.
Perusahaan seperti Google sadar bahwa transisi kita menuju suatu "rumah yang berkesadaran" akan mengarah kepada laba luar biasa bagi penyedia jasa seperti itu.
Advertisement
8. Perusahaan Baik Hati?
Apakah bahayanya perangkat pencari Google? Banyak perusahaan lain juga menawarkan layanan yang sama, tapi Google melakukannya dengan lebih baik dan menjadi besar karena melakukannya dengan baik. Lalu apa salahnya?
Coba simak kasus Dennis Cooper, seorang penulis, seniman, dan blogger. Mendadak, blog 14 tahun miliknya dan berisi semua karyanya lenyap dari internet.
Menurut Cooper, suatu hari ia mencoba masuk ke akun miliknya dan mendapat peringatan bahwa akun itu dibekukan karena pelanggaran syarat layanan.
Ia tidak tahu apa yang dilanggar dan setelah bersusah payah, bahkan mencoba bicara dengan pegawai Google dan mencari pengacara, pihak Google mendiamkannya.
Ia termenung karena seluruh karyanya sekarang telah hilang. Ternyata Cooper dipandang sebagai seorang penulis kontroversial yang karya fiksinya "seringkali berkutat pada seorang pria banci sebagai tokoh utama yang terlibat dalam aksi sadisme dan menyakiti diri."
Pertanyaannya, apakah wewenang yang dimiliki suatu perusahaan seperti Google sehingga bisa menghapus konten begitu saja dari internet? Bagaimana jadinya di masa depan seandainya ada informasi yang berseberangan dengan kepentingan perusahaan? Akankah Google mengubah hasil pencarian agar melindungi kepentingannya?
9. Membentuk Kesadaran Diri
Sebagai mesin pencari utama di dunia, Google memiliki kemampuan untuk membentuk informasi yang ditemukan orang ketika sedang mencari suatu subyek.
Secara editorial, ada masalah dengan fungsi 'auto-complete' yang mengungkapkan bias atau rasisme yang disebarkan oleh para pemain sayap kanan dan sekutunya. Akibatnya, misinformasi gampang dihadirkan kepada konsumen dan mengubah caranya si pencari informasi memandang dunia.
Hanya perubahan kecil dalam urutan daftar 'auto-complete' dapat memiliki dampak besar, karena kebanyakan pengguna memilih yang pertama dalam daftar.
Suatu cara lain Google dianggap secara negatif membentuk psikologi pengguna adalah melalui suatu fitur surelnya. Banyak yang memandangnya secara positif, tapi kegunaan dan rancangan oleh Gmail masih perlu ditingkatkan.
Para perancang Gmail sadar sekali adanya "ganjaran variabel berselang-seling" ketika menerapkan fitur "pull down/refresh."
Alasannya, penelitian menunjukkan bahwa orang tertarik kepada suatu gagasan tentang tindakan yang menuju kepada kemungkinan ganjaran yang menyenangkan. Itulah alasan mengapa mesin slot membawa penghasilan terbesar dalam semua bentuk perjudian.
Penelitian menunjukkan bahwa hal ketagihan itu menjadi paling besar ketika tingkat ganjarannya paling variabel (beragam) dan itulah yang membuat kita melakukan 'refresh' akun surel kita setiap 5 menit karena terpikir akan mendapatkan ganjaran.
Advertisement
10. Masa Depan Google
Pertumbuhan dan perluasan Google mengundang kekhawatiran sejumlah orang. Walaupun asal usul algoritma perusahaan mendapatkan dana publik, Google telah bertumbuh menjadi amat besar dan kuat sebagai perusahaan swasta yang akan terus bertindak sesuai kepentingannya.
Penelitian sekarang ini menengarai bahwa pengumpulan informasi oleh Google hanya kalah oleh NSA. Pengaruh yang membesar dan kedekatan dengan lingkungan Washington juga membuat khawatir pengguna.
Google ada di mana-mana, mulai dari telepon Android, mengarahkan perjalanan melalui Google Maps, dan tentu saja mendominasi internet. Jika Google terus ikut serta dalam urusan luar negeri dan memata-matai warga, apa jadinya Google di masa depan?
Terkini Lainnya
Seperti Ini Aksi Kriminal 'Melek Teknologi' di Rusia
4 Ciri Kecantikan Wanita yang Sukar Dipalsukan
Pintu Kabin Bisa Dibuka Saat Pesawat Mengudara?
1. CEO Eric Schmidt Bukan Insinyur Biasa
2. Lebih Digdaya dari yang Kita Bayangkan
3. Berpengaruh
4. Hubungan Google dan Pemerintah Asing
5. Peran dalam Industri Pertahanan
6. Teknologi dan Perubahan Rezim
7. Big Brother
8. Perusahaan Baik Hati?
9. Membentuk Kesadaran Diri
10. Masa Depan Google
Google
China
Internet
Rekomendasi
Agar Tak Dibobol, Ini 7 Cara Mengamankan Jaringan WiFi di Rumah
Suka Traveling atau Kerja di Kafe, Yuk Mulai Waspada Internetan Pakai WiFi Publik
4G XL Axiata Hadir 40 Pulau Terpencil di Kepri, Dukung Pemerataan Layanan Data
File PDNS yang Dikunci Ransomware Brain Cipher Berhasil Dibuka, Pemulihan Data Terus Berlanjut
Jepang Catat Rekor Baru, Kecepatan Internet Tembus 402 Terabit per Second
Gawat! 82 Persen Pengguna Internet Terpapar Iklan Judi Online
Waspada Pilah Informasi, Konten Deepfake di Media Sosial Dapat Timbulkan Kerugian
7 Hacker Cantik yang Bikin Gempar Dunia: Jago Jebol Firewall Negara hingga Mantan Model Playboy
Kecepatan Internet Indonesia Masih di Peringkat 126 Dunia, Anak BUMD Ini Ikut Turun Tangan
Euro 2024
Tekel Keras Gelandang Jerman Akhiri Kiprahnya di Euro 2024, Pedri Kirim Pesan pada Toni Kroos
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Hadiah Piala Eropa atau Euro 2024 Bikin Ngiler, Cek di Sini Besarannya
Akanji Gagal Penalti di Laga Inggris Vs Swiss, Punya Nilai Pasar Rp 782 Miliar
Cristiano Ronaldo Buka Suara usai Gagal Antar Portugal ke Semifinal Euro 2024, Apa Katanya?
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Kesedihan Selimuti Fan Zone Copacabana Brasil
Mengejutkan, Uruguay Depak Brasil dari Copa America 2024
Hasil Copa America 2024 Uruguay vs Brasil: Selecao Kalah Dramatis Lewat Adu Penalti, La Celeste Tantang Kolombia di Semifinal
Hasil Copa America 2024 Kolombia vs Panama: Gulung Los Canaleros 5-0, Luis Diaz Cs Kunci Tiket Semifinal
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Uruguay vs Brasil, Segera Dimulai
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Alur Pilkada Serentak 2024, Catat Kapan Penyelenggaraannya
Pilkada Jakarta 2024, Suku Betawi Usulkan 5 Nama
Maju Pilkada, Sekda Kabupaten Tangerang Pamit Pensiun Dini
Ketum PSI Kaesang Bakal Kunjungi Kantor DPP PKS Sore Ini, Bahas Pilkada?
Coklit Pantarlih Pilkada 2024, Ketahui Pengertian dan Jadwal Pelaksanaannya
DPD PSI Jakbar Usul Kaesang hingga Deddy Corbuzier Maju Pilgub Jakarta 2024
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
8 Juli 1972: Penulis dan Revolusioner Palestina Ghassan Kanafani Tewas di Tangan Israel
Populer
Jumlah Anak Putus Sekolah di Pakistan Mengalami Peningkatan
Hubungan William-Kate dan Harry-Meghan Disebut-sebut Tak Bisa Sehangat Dulu
Turki Siap Pulihkan Hubungan dengan Suriah, Ini Kata Erdogan
8 Juli 1972: Penulis dan Revolusioner Palestina Ghassan Kanafani Tewas di Tangan Israel
Kejutan di Pemilu Prancis 2024, Sayap Kiri Unggul dalam Perolehan Suara
Studi Ini Kuak Kandungan Buah Delima Bisa Bantu Otak Cegah Alzheimer
Minibus di Ukraina Barat Kecelakaan, 14 Orang Tewas
Bangladesh Protes Kualitas Peralatan Militer yang Dibeli dari China di Bawah Standar
Jepang dan Sejumlah Negara Anggota NATO Akan Latihan Militer di Hokkaido, Sinyal Waspada untuk China?
Pegi Setiawan
DPR Minta Nama Baik Pegi Setiawan Dipulihkan Usai Status Tersangkanya Gugur
Polda Jabar Segera Jalankan Putusan Hakim PN Bandung: Bebaskan Pegi Setiawan
Pegi Setiawan Segera Dibebaskan, Pengacara Akan Jemput ke Rutan Polda Jabar
Hakim Putuskan Pegi Setiawan Bebas, Polda Jabar Bakal Cari Pembunuh Vina Sebenarnya?
Hakim PN Bandung Sebut Penetapan Tersangka Pegi Setiawan Tidak Cukup Bukti
Polda Jabar: Hakim Tidak Menyebutkan Ganti Rugi, Hanya Hentikan Penyidikan dan Bebaskan Pegi Setiawan
Berita Terkini
Dompet Bitcoin Jerman Merosot di Bawah 40,000 BTC, Nilainya Rp 37 Triliun
IPO ISEA Oversubscribed 12,9 Kali, Emiten Incar Kolam Udang Baru
Jatim Cetak Sejarah Pertama Kali Angka Kemiskinan Tembus 1 Digit, Ternyata Ini Rahasianya
8 Potret Detail Penampilan Salshabilla Adriani saat Akad dan Resepsi Pernikahan
Istri Song Joong Ki, Katy Louise Saunders Hamil Anak Kedua
Seekor Macan Tutul Tertangkap Kamera Pengunjung di Taman Nasional Baluran Situbondo
Semangat Siswa SLB YPAC Jakarta di Hari Pertama Masuk Sekolah
Bobby Nasution Resmi Diusung PKS di Pilgub Sumut 2024
Bank Mandiri Sukses Gelar Mandiri Jogja Marathon 2024 dengan Segudang Inisiatif Ramah Lingkungan
Selain Pernikahan dan Kehamilan, Ash Island dan Chanmina Juga Umumkan Tetap Berkarier dan Janji Jadi Orangtua yang Keren
2 Crosser Astra Honda Raih Poin di MXGP Indonesia 2024
Satgas Damai Cartenz Tangkap KKB Basoka Lawiya, Ini Jejak Kejahatannya
Jokowi Sebut Prabowo Bakal Jalankan Rekomendasi BPK soal APBN, Apa Itu?
Suami Wapres AS Kamala Harris Positif COVID-19