uefau17.com

Pemerintah Siapkan Anggaran jika Vaksin Covid-19 Siap Diproduksi di 2021 - Bisnis

, Jakarta - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional, Budi Gunadi Sadikin, memastikan ruang fiskal pemerintah di tahun depan sudah cukup. Bahkan, dari kajian dilakukan pihaknya, kebutuhan anggaran di tahun depan sekiranya bisa untuk pemulihan ekonomi.

"Kami memastikan bahwa untuk tahun depan kita memiliki ruang fiskal yang cukup. Dan kami sudah persiapkan, sudah mengajukan, dan kami sudah anggarkan ruang fiskal yang cukup untuk bisa mengganjal aktivitas ekonomi di tahun depan," jelas dia di Jakarta, Rabu (29/7).

Di samping itu, pemerintah juga tengah mencermati kemungkinan adanya vaksin di tahun depan. Kebutuhan anggaran tersebut pun sudah dipersiapkan pemerintah jika memang vaksin siap diproduksi di 2021.

"Tapi kami persiapkan, kalau implementasinya butuh waktu," imbuh dia.

Sementara itu, terkait dengan anggaran stimulus diberikan pemerintah sebesar Rp695 triliun pada tahun ini, pihaknya menutup celah untuk melakukan penambahan. Mengingat anggaran disediakan itu masih minim serapannya. Sehingga tidak perlu ada penambahan.

"Stimulus yang sudah disiapkan 695 Triliun itu belum terpakai semua. Jadi kita masih punya room yang cukup banyak untuk bisa memberikan stimulus fiskal mengganjal perlambatan ekonomi karena memang tidak adanya kontak fisik akibat pandemi ini," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Uji Klinis Vaksin Covid-19 Diharapkan Selesai Akhir 2020

Perkembangan penelitian vaksin Covid-19 ditunggu-tunggu di seluruh dunia. Di Indonesia, PT Bio Farma (Persero) telah menerima vaksin virus Corona untuk uji klinis III dari perusahaan China, Sinovac. Hasil dari uji klinis diharapkan didapatkan akhir tahun.

"Saat ini dengan Sinovac dari China kita telah menerima vaksin untuk uji klinis yang telah dimulai. Diharapkan akhir 2020 kita mendapat hasil uji klinis," utar Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo dalam acara Kajian Tengah Tahun Indef, Selasa (28/7/2020).

Kartika menjelaskan, pemerintah melalui BUMN aktif menjalin kerja sama internasional untuk menangkal virus Corona, salah satunya melalui Bio Farma untuk keberlangsungan pengujian vaksin Covid-19.

"Pemerintah melalui BUMN juga aktif untuk melakukan kerja sama internasional untuk mencari akses kepada penemuan vaksin Covid-19," ungkapnya.

Selain itu, ia juga menyebutkan kerja sama pemerintah dengan WHO dan CEPI untuk mengakses penemuan vaksin. "Kita kerja sama WHO dan CEPI mengakses juga produksi vaksin lain melihat potensi penemuan vaksin di berbagai belahan dunia," jelas dia. 

3 dari 3 halaman

Ditunjuk Bio Farma, Unpad Mulai Uji Klinis Vaksin Covid-19 Bulan Depan

Sebelumnya, Universitas Padjadjaran (Unpad) rencananya akan menguji klinis vaksin Covid-19 yang dikembangkan perusahaan Sinovac, Tiongkok, pada Agustus 2020. Unpad menjadi perguruan tinggi satu-satunya yang ditunjuk PT Bio Farma sebagai pelaksana uji klinis vaksin Covid-19 di Indonesia.

Ketua tim riset uji klinis vaksin Covid-19 Unpad Kusnandi Rusmil mengatakan, Unpad sudah lebih dari 20 tahun melakukan penelitian dan pengujian mengenai vaksin. Atas dasar pengalaman ini, Bio Farma memercayakan Unpad ambil bagian dalam riset pengujian klinis vaksin Covid-19.

"Hampir semua vaksin di Puskesmas itu uji klinisnya kita (Unpad). Dan umumnya dipakai program Doktoral," kata Kusnandi dalam jumpa pers di Bandung, Rabu (22/7/2020).

Ia menuturkan, Unpad melalui Fakultas Kedokteran sudah menyiapkan rencana kerja penelitian uji vaksin Covid-19 sesuai prosedur yang berlaku. Saat ini, rencana kerja penelitian tengah menunggu persetujuan dari Komite Etik Penelitian Unpad. Rencananya, sebanyak 1.620 relawan di Kota Bandung akan menjadi subyek pengujian vaksin.

Menyinggung pro dan kontra terkait negara asal vaksin, Kusnandi menegaskan bahwa saat ini baru vaksin asal Tiongkok yang sudah siap dilakukan uji klinis tahap tiga. Ia menyebut bahwa pengembangan vaksin Covid-19 memerlukan pengujian yang panjang.

"Kenapa pakai vaksin asal China? Karena baru China yang sudah melakukan penelitian hingga ke fase III. Kita harus cepat menggunakan vaksin ini karena kita sudah banyak korbannya," katanya.

Kusnandi memaparkan, sebelum bisa digunakan secara luas, pengembangan vaksin harus menjalani tahap preklinis dan klinis. Pada tahap preklinis, antigen vaksin diperiksa kestabilannya, baik secara fisik maupun kimia. Hasilnya, vaksin tersebut secara fisik dan kimia sudah stabil.

Vaksin Covid-19 juga sudah diujicobakan kepada hewan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa vaksin yang disuntikkan ke hewan tetap aman dan membentuk zat anti. Setelah dinyatakan aman dan bekerja pada hewan, vaksin kemudian diujicobakan ke manusia.

Kusnandi mengungkapkan, proses uji klinis ke manusia terdiri dari tiga fase. Fase pertama, diujikan kepada 100 orang dewasa. Jika dinyatakan aman, uji coba masuk kepada fase kedua, yaitu uji coba kepada minimal 400 orang.

Setelah kembali berhasil, uji coba selanjutnya masuk ke fase tiga, yaitu dengan jumlah relawan mencapai ribuan orang. Saat ini, uji klinis di Kota Bandung merupakan pengujian pada fase tiga.

Uji coba fase tiga tidak bisa dilakukan hanya pada satu sentra pengujian, tetapi harus dilakukan di banyak lokasi. Karena itu, uji klinis vaksin Covid-19 ini tidak hanya dilakukan di Indonesia, tetapi juga di sejumlah negara di dunia.

"Memang yang paling cepat dan bisa dipakai saat ini untuk mencegah peredaran Covid-19 di Indonesia adalah yang dibuat di China," ujar Kusnandi. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat