uefau17.com

Arti dan Keistimewaan Malam Satu Suro hingga Tradisi Masyarakat - Regional

, Jakarta - Momen malam satu suro pada tahun 2023 ini akan bertepatan dengan 1 Muharram. Masyarakat Muslim biasa menyebutnya dengan Tahun Baru Islam.

Dirangkum dari berbagai sumber, kata Muharram secara etimologis berasal dari istilah Harrama-Yaharrimu-Tahriiman-Muharrimun-wa-Muharramun artinya diharamkan. Maksud dari bulan yang di haramkan adalah Allah SWT mengharamkan atau melarang seluruh umat-Nya melakukan peperangan di bulan tersebut.

Bulan Muharram menjadi salah satu bulan yang memiliki keistimewaan. Seperti firman Allah SWT dalam QS At- Taubah: 36 yang artinya : "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan suci. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu." (QS. At- Taubah: 36).

Malam satu suro yang dianggap sebagai malam 1 Muharram ini bagi umat Muslim di Indonesia adalah waktu yang sangat istimewa. Karena pada malam itu segala amalan yang dikerjakan akan Allah SWT lipat gandakan.

Sehingga, umat Islam dianjurkan untuk lebih giat melakukan ibadah baik yang sunah atau wajib. Salah satu amalan yang kerap dikerjakan oleh Nabi adalah puasa Asyura.

Seperti dalam hadist riwayat HR. Muslim :

"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 2812) 

Bagi masyarakat Jawa, malam 1 Suro dianggap sebagai sakral, pada tahun ini, tanggal 1 Suro diperkirakan akan jatuh pada hari Rabu tanggal 19 Juli 2023. Malam satu suro akan jatuh pada malam Rabu atau hari Selasa tanggal 18 Juli 2023.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tradisi di Jawa

Pada malam 1 suro ini masyarakat Jawa memiliki berbagai pantangan dan tradisi atau ritual seperti:

Mencuci Benda Pusaka

Tradisi mencuci benda pusaka dilakukan oleh orang Jawa yang memiliki benda-benda pusaka seperti keris, tombak, kereta kencana, gamelan dan berbagai peralatan upacara yang disakralkan.

Tradisi ini dilakukan dalam rangka untuk menjaga benda benda pusaka tersebut dan menghargai peninggalan nenek moyangnya.

Ruwatan

Tradisi upacara adat yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat dan memiliki arti membuang sial atau menyelamatkan orang dari gangguan tertentu. Baik gangguan dalam suatu keluarga atau diri seseorang.

Tapa Brata

Tapa Brata ditujukan untuk mencari ketenangan dan netralitas di dalam jiwa. Tapa Brata dilakukan pada malam 1 Suro untuk menjalankan tradisi Tapa Brata.

Karena malam ini dianggap sakral bagi masyarakat Jawa, dan menjadi momen-momen untuk instropeksi diri. Tapa Brata dalam bahasa jawa bisa diartikan menjadi mengasingkan diri dari keramaian.

 

Penulis: Belvana Fasya Saad

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat