, Jakarta Baru-baru ini, wacana tentang kenaikan harga rokok cukup santer terdengar dan menjadi viral di kalangan masyarakat.
Meski belum ada keterangan resmi soal kebijakan ini, opini yang terbangun sudah bercabang menjadi pro dan kontra. Tidak hanya bagi perokok aktif, melainkan juga di kalangan perokok pasif.
Dalam wacana tersebut disebutkan bahwa harga rokok akan dibanderol sebesar Rp50.000, dimana harga semula berkisar Rp16.000 – Rp23.000 per bungkus.
Advertisement
Syamsudin, salah satu perokok aktif mengatakan wacana kenaikan harga rokok menjadi Rp50.000 dirasa cukup memberatkan. Pasalnya, dengan pendapatan per bulan dari status yang hanya seorang pensiunan, tentu terlalu tinggi.
“Saya tergolong addict dengan rokok. Selama ini menghabiskan rokok per hari sebanyak satu bungkus. Bila harga rokok naik dari Rp23.000 menjadi Rp50.000, berarti saya harus menyediakan uang dua kali lipat, yakni sebesar Rp1,5 juta per bulan,” ujar Syamsudin seperti dikutip dari laman Rumah.com.
Baca Juga
- Trik Jitu Bersihkan Bulu Binatang di Rumah
- Kenali 3 Jenis Konstruksi Jalan
- Buleleng, Calon Sunrise Property Baru di Bali
Sebagai seorang pensiunan pegawai negeri, penghasilan hanya sebesar gaji pokok yakni Rp4,1 juta. Jadi tidak heran bila Syamsudin menilai tidak sanggup untuk mengalokasikan budget sebesar Rp1,5 juta per bulan.
Namun, di tengah banyak yang kontra, ada juga yang yang terang-terangan mendukung adanya wacana kenaikan harga rokok.
Selain karena alasan kesehatan, konsumsi rokok sebenarnya merupakan kebutuhan tersier.
Kaukabus Syarqiyah, perencana keuangan mengungkatkan sudut pandang yang cukup obyektif untuk mengatakan bahwa ada kerugian yang dihadapi oleh konsumen yang memaksakan diri untuk tetap merokok.
“Konsumen rokok itu terbagi menjadi dua tipe. Pertama adalah tipe konsumen yang menempatakan rokok sebagai kebutuhan primer. Kedua, ada juga konsumen yangmenempatkan rokok sebagai alat sosial. Artinya, hanya sesekali merokok demi kebutuhan sosial,” ujar Kikau.
Ia juga menambahkan, sayangnya konsumen rokok di Indonesia masih banyak berasal dari kalangan masyarakat menengah ke bawah. Bahkan, sampai kepada anak-anak.
“Nah, apabila ini menjerat kalangan masyarakat menengah, dengan penghasilan yang pas-pasan, dan sudah kecanduan, ini bisa membahayakan. Akhirnya, bisa menggeser kebutuhan yang lebih primer, seperti sandang, pangan, maupun papan,” tambahnya.
Tidak hanya untuk yang sudah kecanduan saja, Kikau juga mengatakan bagi konsumen yang hanya sekedar memposisikan rokok sebagai alat sosial, juga cukup rugi bila masih tetap memaksa membeli rokok dengan harga yang tinggi.
“Jadi, bijaklah untuk melihat kebutuhan Anda yang membutuhkan uang. Jika jadi, kenaikan lebih dari 200% tersebut cukup tinggi. Dari pada beli rokok, ya lebih baik memenuhi tabungan untuk kebutuhan lain, salah satunya membeli rumah,” katanya.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Tips komitmen beli rumah
Berbicara keinginan untuk membeli rumah, respon masyarakat pun cukup beragam. Ada yang memandang penting, ada yang biasa saja, ada yang merasa tidak terlalu penting.
“Bagi konsumen yang merasa penting, mereka akan rela menyisakan uang baik untuk main saving (tabungan utama) maupun additional saving (tabungan tambahan),” jelasnya.
“Bahkan baik besar atau kecilnya uang yang mereka sisihkan tidak terlalu penting. Komitmen mereka, ada uang di saku mau Rp20 ribu, Rp50 ribu, atau lebih pada satu hari pasti akan disisihkan,” ia menambahkan.
Mengingat harga rumah yang kerap mengalami kenaikan harga, sejatinya menuntut komitmen menyisikan uang sebagai prioritas utama, sehingga penting untuk menyisihkan pada kas main saving setiap bulannya dan additional saving.
“Main saving bisa diambil dari penghasilan perbulan, additional saving bisa diambil dari uang per hari dan bonus atau THR,” tambah Kikau.
Kikau menyarankan untuk membuat tabungan pribadi yang bertujuan untuk menyimpan seluruh sisa pengeluaran hari ini. Tujuannya, agar sisa uang tidak ‘lari’ kepada hal-hal konsumtif yang tidak penting.
Bagi kalangan ekonomi kelas menengah dan mengenah bawah, mengalihkan uang sebesar Rp1,5 juta per bulan dari beli rokok untuk dijadikan additional saving untuk membeli rumah terbilang besar.
“Sebab, dengan gaji sebesar Rp3 juta, harga tersebut sudah melampaui patokan kewajaran untuk menabung sebesar 10%. Jadi, dengan sebungkus rokok Anda bisa menabung untuk memenuhi kebutuhan primer khususnya untuk kebutuhan papan,” ujar Kikau.
Feature picture: pixabay.com
Terkini Lainnya
Tips komitmen beli rumah
rumah.com
Rokok 50 Ribu
Rokok
nabung rumah
Beli Rumah
Menabung
Rencana Keuangan
Euro 2024
Tekel Keras Gelandang Jerman Akhiri Kiprahnya di Euro 2024, Pedri Kirim Pesan pada Toni Kroos
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Hadiah Piala Eropa atau Euro 2024 Bikin Ngiler, Cek di Sini Besarannya
Akanji Gagal Penalti di Laga Inggris Vs Swiss, Punya Nilai Pasar Rp 782 Miliar
Cristiano Ronaldo Buka Suara usai Gagal Antar Portugal ke Semifinal Euro 2024, Apa Katanya?
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Kesedihan Selimuti Fan Zone Copacabana Brasil
Mengejutkan, Uruguay Depak Brasil dari Copa America 2024
Hasil Copa America 2024 Uruguay vs Brasil: Selecao Kalah Dramatis Lewat Adu Penalti, La Celeste Tantang Kolombia di Semifinal
Hasil Copa America 2024 Kolombia vs Panama: Gulung Los Canaleros 5-0, Luis Diaz Cs Kunci Tiket Semifinal
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Uruguay vs Brasil, Segera Dimulai
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Tugas Pantarlih Pilkada 2024, Pahami Tanggung Jawab dan Besaran Gajinya
Alasan DPD PSI Jakbar Usulkan Deddy Corbuzier Maju Pilkada Jakarta: Otot Politiknya Kuat
Tahapan Pilkada 2024, Ini Jadwal Persiapan Sampai Pengumuman Perhitungan Suara
Ramai Artis Masuk Bursa Pilkada 2024, Cara Pragmatis Raih Modal Sosial dan Kapital
Alur Pilkada Serentak 2024, Catat Kapan Penyelenggaraannya
Pilkada Jakarta 2024, Suku Betawi Usulkan 5 Nama
TOPIK POPULER
Pegi Setiawan
Ini Respons KY soal Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
Kasus Pegi Setiawan Disebut Salah Tangkap Usai Menang Praperadilan, Ini Kata Mabes Polri
Mabes Polri Yakin Polda Jawa Barat Akan Patuhi Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
Bareskrim Polri Evaluasi Kasus Pembunuhan Vina Cirebon Usai Pegi Setiawan Menang Praperadilan
Kejagung Soal Putusan Bebas Pegi Setiawan: Ada Prosedur Tidak Terpenuhi
Status Tersangka Pegi Setiawan dalam Kasus Vina Cirebon Batal Demi Hukum, Ini Respons Hotman Paris
Berita Terkini
8 Manfaat Kaki Kambing Bagi Kesehatan, Bisa Atasi Nyeri Sendi dan Otot
Pegi Setiawan Bebas, Polri: Jadi Evaluasi Bersama
BRI Raih Penghargaan Platinum BISRA Awards 2024, Buah Manis Konsisten Atasi Masalah Sampah dan Lawan Perubahan Iklim
Ini Respons KY soal Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
Dirjen Dukcapil: Data Kependudukan Tak Ikut Bocor Diserang Ransomware
7 Potret Kimmy Jayanti dan Greg Nwokolo Liburan di Jepang, Anak Tampil Gaya Pakai Kimono
Sekawan Limo Ditonton 500 Ribuan dalam 4 Hari, Siap Jadi Film Indonesia ke-10 Peraih 1 Juta Penonton
Kasus Pegi Setiawan Disebut Salah Tangkap Usai Menang Praperadilan, Ini Kata Mabes Polri
Nikita Willy Yakin Semua Anak Lahir Untuk Jadi Pemenang
Rafah Jadi Kota Hantu yang Tertutup Debu dan Dipenuhi Puing Setelah 2 Bulan Invasi Israel
Mabes Polri Yakin Polda Jawa Barat Akan Patuhi Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
6 Film Tema Satu Suro untuk Pecinta Horor, Bikin Merinding
Festival Ekonomi Keuangan Syariah Diselenggarakan di Kawasan Timur Indonesia, Apa Tujuannya?