uefau17.com

Kulik Seputar Konsep Wilayah Smart City - Properti

, Jakarta Maraknya pembangunan daerah menuju “Smart City” oleh pemerintah setempat bisa menjadi angin segar bagi masyarakat. Tidak hanya untuk penduduk setempat tetapi juga untuk kalangan investor.

Cita-cita pembangunan konsep Smart City ini memang membutuhkan anggaran yang sangat besar hingga triliunan rupiah. Di Bandung, misalnya, modal awal untuk mempersiapkan Smart City ini sebesar Rp100 miliar. Dimana jumlah nominal tersebut juga akan disokong dengan kapasitas APBD sebesar Rp6,2 triliun yang bertujuan untuk memperbaiki infrastruktur.

Sama halnya Bandung, di beberapa wilayah lain seperti di Gorontalo, Jakarta, dan Surbaya, masing-masing daerah juga mengoptimalkan APBD untuk membenahi infrastruktur seperti pembangunan pipa instalasi, pemasangan infrastruktur berbasis teknologi, jalan dan lain-lain.

Lalu bagaimanakah sebenarnya konsep Smart City itu? Dan mengapa semua pemerintah kota berlomba membenahi infrastruktur?

Dilansir dari situs www.rumah.com, mendefinisikan Smart City sebagai sebuah konsep daerah yang menghubungkan kepentingan manusia, kehidupan sosial dan infrastruktur terintegrasi menjadi kesatuan.

Tujuan dari Smart City adalah untuk mengatasi permasalahan-permasalahan publik agar mencapai pembangunan berkelanjutan dan dapat meningkatkan kualitas hidup warganya. Misalnya, jika selama ini Anda merasa kesulitan untuk mengurusi keperluan yang menyangkut birokrasi, dengan adanya Smart City akses akan lebih mudah dan transparan.

Konsep Smart City memiliki enam dimensi yang menjadi fokus pembangunan antara lain:

Konsep Smart City di kawasan Laut Mediterania (source: eiburs-ascimer.transyt-projects.com)
Konsep Smart City di kawasan Laut Mediterania.

1. Smart Governance (pemerintahan pintar), memiliki maksud adanya peningkatan partisipasi dari masyarakat di dalam pemerintahan, informasi yang terbuka dan transparan, dan pelayanan sosial umum.

2. Smart Economy (ekonomi pintar), bermaksud membangun kawasan yang mandiri (entrepreneurship) dan inovasi bisnis.

3. Smart Mobility (mobilitas pintar), bertujuan untuk mempermudah mobilitas dan keterhubungan antara satu wilayah dengan wilayah lain, juga dengan kota yang bersangkutan dengan kota di sekitarnya.

Untuk itu, penyediaan transportasi umum menjadi hal yang penting. Selain itu, infrastruktur berbasis teknologi juga menjadi pendukung kelancaran mobilitas. Terakhir adalah tersedianya logistik.

4. Smart Environment (lingkungan pintar). Permasalahan lingkungan juga menjadi dimensi penting dalam mewujudkan Smart City. Area lingkungan pintar ini mencakup pemantauan jaringan dan lingkungan serta efesiensi energi.

5. Smart People (masyarakat pintar). Dimensi ini meliputi pendidikan berbasis digital dan kegiatan yang menghasilkan kreatifitas.

6. Smart Living (cerdas menjalankan hidup). Dimensi terakhir memiliki fokus area pada pengembangan budaya yang bisa menunjang pariwisata, kesehatan dan keamanan, dan akses teknologi.

Pembangunan dan perbaikan infrastruktur yang saat ini digencarkan pemerintah daerah, menjadi modal utama untuk terwujudnya konsep Smart City.

Bahkan bila merujuk pada pembangunan Smart City di negara kawasan Laut Mediterania, infrastruktur menjadi fokus utama. Sebab dengan adanya infrastruktur yang baik dapat menghubungkan dimensi satu dengan lain secara mudah.

Dampak Smart City untuk perkembangan properti di masa depan

Di India, konsep Smart City memberikan dampak positif dalam pengelolaan pajak, terutama pada wilayah yang padat penduduk.

Dengan adanya Smart City dapat memberikan nilai dan mengetahui pajak bangunan secara online. Hal ini berkaitan dengan pembayaran pajak.
Dengan adanya Smart City dapat memberikan nilai dan mengetahui pajak bangunan secara online. Hal ini berkaitan dengan pembayaran pajak.

Satu kotamadya besar di India sempat mengalami permasalahan dalam hal menilai dan mengumpulkan pajak properti.

Lewat konsep Smart City, Pemerintah setempat membuat sistem perhitungan pajak pemukiman yang disesuaikan dengan zonasi. Sistem ini dapat diakses oleh masyarakat luas lewat internet. Selain itu, dengan sistem teknologi yang sama, masyarakat India dapat mengakses daftar properti secara detail tanpa harus survei langsung.

Selain itu, permasalahan sanitasi dan ketersediaan air bersih di India juga menjadi perhatian khusus di tahun 2011. Sebanyak 50% rumah tidak memiliki toilet yang dapat menampung jumlah populasi yang ada. Hingga pada akhirnya, banyak masyarakat yang terkena penyakit.

Dengan adanya Smart City, pemerintah setempat bekerja sama dengan komunitas pegiat lingkungan membangun 330 toilet modern dengan teknologi mutakhir.

Berbeda dengan India, di Amsterdam perkembangan properti menitikberatkan pada efisiensi energi. Pemerintah Belanda sudah memperkirakan harga energi yang akan meningkat dalam jangka panjang sehingga baik desain dan fasilitas penunjang menerapkan hemat energi.

Gagasan tersebut juga untuk menghemat anggaran. Dengan menghemat biaya penggunaan energi, biaya infrastruktur energi akan menurun dan dialihkan untuk investasi lain.

Dengan kebijakan tersebut, hunian-hunian di sana harus menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan. Selain itu, penyediaan infrastruktur pada hunian juga mengusung asas keberlanjutan dengan memanfaatkan energi panas yang dihasilkan oleh alam.

Di Indonesia sendiri, pembangunan Smart City mulai berkembang. Di Jakarta dan Bandung, misalnya, pemerintahnya sudah mulai menerapkan asas teknologi dalam menjalankan pemerintahan. Publik bisa mengakses informasi mengenai kebijakan pemerintahan dan pertanggungjawaban pemerintahan melalui internet.

Kedua kota tersebut juga mulai memperbanyak ruang hijau untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya, hal ini diikuti juga oleh kota lain, seperti Surabaya.

Pemerintah di sejumlah kota juga mulai mengetatkan aturan pembangunan perumahan barutema eco-green yang mendukung konsep hunian ramah lingkungan.

 

Feature picture: citi.io

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat