, Jakarta - Darah pejuang sudah mengalir di tubuhnya. Karena itu, tak heran Haji Raden Mohamad Mangoendiprodjo menghabiskan sebagian besar masa hidupnya untuk berjuang menjadikan bangsa ini sebagai negara berdaulat.
HR Mohamad Mangoendiprodjo pernah bergabung dengan Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Dari sinilah kisah hidupnya sebagai pejuang dimulai.
Tapi, meskipun jejak langkahnya dalam membebaskan tanah air dari bangsa penjajah terekam jelas, nama Mohamad tak banyak dikenal di lingkup nasional. Namanya mulai menjadi sorotan setelah Menteri Sosial Khofifah Indra Parawansa menyebutnya sebagai salah satu penerima gelar pahlawan nasional.
Advertisement
Gelar pahlawan nasional akan dianugerahkan kepada almarhum Mohamad siang hari ini, Jumat (7/11/2014). Gelar kehormatan dan pengakuan atas jasa-jasa Mohamad akan diberikan di Istana Negara oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Gelar itu akan diterima Mohamad bersama 3 pejuang kemerdekaan lainnya.
HR Mohamad Mangoendiprodjo lahir di Sragen, Jawa Tengah, pada 5 Januari 1905. Dia adalah cicit Setjodiwirjo atau Kyai Ngali Muntoha yang tak lain adalah keturunan Sultan Demak dan Prabu Brawidjaja.
Setjodiwirjo merupakan teman seperjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajah Belanda. Keduanya memperluas pemberontakan melawan penjajah Belanda hingga ke daerah Kertosono, Ngawi, dan Banyuwangi, Jawa Timur.
Garis hidup sebenarnya memberi kesempatan kepada Mohamad Mangoendiprodjo untuk bisa hidup berkecukupan dengan menjadi wakil kepala jaksa dan kemudian asisten wedana, di Jombang, Jawa Timur, setelah lulus dari OSVIA pada 1927.
Namun, rasa kebangsaan dan keinginan membela negara lebih besar dari semua jabatan itu. Hingga akhirnya, pada 1944 ketika usianya 38 tahun, Mohamad Mangoendiprodjo memantapkan langkah menjadi pejuang dengan bergabung ke Tentara Pembela Tanah Air (PETA).
Lulus pendidikan, Mohamad Mangoendiprodjo kemudian ditugaskan sebagai Daidancho atau Komandan Batalyon di Sidoardjo.
Setelah Jepang menyerah dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Bung Karno membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di seluruh Indonesia, termasuk Surabaya. Di TKR, Mohamad Mangoendiprodjo menjadi salah satu pemimpin.
Saat tentara sekutu bersama pemerintah Sipil Belanda (NICA) ingin kembali menjajah Indonesia dan melakukan pendaratan di Surabaya pada 25 Oktober 1945, Mohamad bersama para pemimpin TKR lainnya, yang telah dididik PETA, seperti Bung Tomo, Doel Arnowo, Abdul Wahab, Drg Moestopo, berperang melawan para penjajah baru itu.
Pada akhir Oktober, pertempuran antara pemuda dan tentara Sekutu, terjadi di seluruh kota Surabaya. Pimpinan sekutu meminta pertemuan untuk melakukan gencatan senjata dengan Bung Karno dan Bung Hatta pada 29 Oktober 1945, di Surabaya.
Pada pertemuan tersebut, Mohamad diangkat sebagai pemimpin seluruh TKR Jawa Timur dan sebagai kontak biro dengan pihak Sekutu. Surat pengangkatan ini ditanda-tangani oleh Jendral Oerip Soemomihardjo, seperti juga surat pengangkatan pemimpin TKR Jawa Tengah Jendral Soedirman.
Pada hari yang sama, 29 Oktober 1945 di sore hari, Mohamad bersama Brigadir Mallaby berpatroli keliling kota Surabaya untuk melihat progres gencatan senjata. Rombongan ini berhenti di Jembatan merah depan Gedung Internatio. Dalam gedung, tentara Inggris dari kesatuan Gurkha, sedang dikepung oleh pemuda-pemuda Indonesia di luar gedung untuk diminta menyerah.
Mohamad masuk ke dalam gedung yang dikuasai Inggris untuk negosiasi. Tanpa disangka, Mohamad kemudian disandera oleh tentara Ghurka dan terjadilah tembak-menembak antara tentara Inggris dan pemuda Surabaya. Mobil Mallaby meledak dan terbakar. Mallaby tewas di dalam mobil.
Meninggalnya Mallaby, yang merupakan Jendral Inggris pertama yang mati berperang di Indonesia, membuat Inggris marah dan menggemparkan dunia. Inggris mengultimatum rakyat Surabaya yang mempunyai senjata untuk menyerahkan senjata dan mengangkat tangan setinggi-tingginya.
Ultimatum ini tentunya ditolak oleh Mohamad dan jajaran TKR serta pemuda Surabaya, sehingga pada 10 November 1945, Surabaya dihancurkan Inggris melalui darat, laut, dan udara, dan pecahlah perang terbuka.
Pertempuran berlangsung selama 22 hari dan menewaskan 6.315 pejuang TKR. Mohamad walaupun terkena pecahan mortir di pelipisnya, terus memimpin pertempuran melawan tentara Sekutu. Pertempuran ini menjadi titik awal yang menandai Indonesia sebagai negara berdaulat yang tidak mudah dijajah kembali.
Setelah pertempuran Surabaya, Mohamad dipromosikan menjadi mayor jenderal dan kemudian menjadi Kepala Staff TNI, yang surat keputusannya ditanda-tangani Presiden Soekarno.
Setelah mengakhiri karier militer, Mohamad menerima tugas dari Presiden Soekarno menjadi Bupati Ponorogo. Tugas Mohamad adalah mengamankan daerah Madiun setelah pemberontakan PKI Muso. Dia kemudian menerima tugas selanjutnya sebagai residen (gubernur) pertama Lampung, untuk juga mengendalikan keamanan di daerah ini.
Mohamad kemudian meninggal pada 13 Desember 1988, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Bandar Lampung. (Mut)
Terkini Lainnya
Pahlawan Nasional
HR Mohamad Mangoendiprodjo
Euro 2024
Sudah 39 Tahun, Cristiano Ronaldo Beri Bocoran Terkait Masa Depannya di Portugal
Infografis Jadwal Semifinal dan Final Euro 2024 dan Copa America 2024
Tekel Keras Gelandang Jerman Akhiri Kiprahnya di Euro 2024, Pedri Kirim Pesan pada Toni Kroos
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Copa America 2024
Infografis Jadwal Semifinal dan Final Euro 2024 dan Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Kesedihan Selimuti Fan Zone Copacabana Brasil
Mengejutkan, Uruguay Depak Brasil dari Copa America 2024
Hasil Copa America 2024 Uruguay vs Brasil: Selecao Kalah Dramatis Lewat Adu Penalti, La Celeste Tantang Kolombia di Semifinal
Hasil Copa America 2024 Kolombia vs Panama: Gulung Los Canaleros 5-0, Luis Diaz Cs Kunci Tiket Semifinal
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Diskominfo Kepulauan Babel Tingkatkan Pengawasan untuk Lawan Hoaks Menjelang Pilkada 2024
Kaesang Pangarep Ungkap PSI-PKS Jalin Kerja Sama di Pilkada untuk 3 Wilayah Ini
Kapan Pilkada 2024? Simak Jadwal Persiapan dan Penyelenggaraannya
Jelang Pilkada 2024, Masyarakat Aceh Barat Diminta Tak Terprovokasi Hoaks
Proses Pendaftaran PPS Pilkada 2024, Simak Tanggung Jawab dan Masa Kerjanya
TOPIK POPULER
Populer
Patuhi Putusan Praperadilan, Polda Jabar Segera Bebaskan Pegi Setiawan
Jokowi Soroti soal Perizinan: Prosedur Birokrasi yang rumit Masih Banyak
Kakinya Sudah Sehat, Prabowo Pamer Jurus Silat dan Temui Jokowi di Istana
Cuaca Besok Selasa 9 Juli 2024: Jakarta Seharian Diprediksi Cerah Berawan
Mabes Polri Beri Asistensi Polda Sumut di Kasus Kebakaran Rumah Wartawan di Karo
Hakim Putuskan Pegi Setiawan Bebas, Polda Jabar Bakal Cari Pembunuh Vina Sebenarnya?
Viral Video Firli Bahuri Main Bulutangkis Bareng The Minions, Ini Kata Pengacara
Bareskrim Polri Evaluasi Kasus Pembunuhan Vina Cirebon Usai Pegi Setiawan Menang Praperadilan
Pegi Setiawan Bebas, Hakim Nyatakan Penetapan Tersangka Kasus Vina Cirebon Tidak Sah
BNPB: Gempa Batang Sebabkan Bangunan Rusak dan 4 Warga Luka-Luka
Pegi Setiawan
DPR Minta Semua Pihak Hormati Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
Profil Eman Sulaeman, Hakim PN Bandung yang Kabulkan Praperadilan Pegi Setiawan
5 Fakta Terkait Pegi Setiawan Bebas dari Tahanan, Kabulkan Gugatan Praperadilan
Pegi Setiawan Bakal Dibebaskan, Komnas HAM Pastikan Penyelidikan Kasus Vina Cirebon Berlanjut
Hotman Paris Ajak Pegi Setiawan Makan Ramen Setelah Status Tersangka Kasus Vina Cirebon Batal
Berita Terkini
Kepastian Hukum jadi Kunci Picu Kinerja Industri Manufaktur di Indonesia
Orang Tua di Jepang Tuai Kecaman Usai Biarkan Anaknya di dalam Mobil demi Konten
Industri Plastik Lokal Terancam Gulung Tikar, Ini Sebabnya
Kemendagri Bersama KPK dan BPKP Perkuat Fungsi APIP untuk Berantas Praktik Korupsi di Pemda
Hidrogen jadi Energi Alternatif Tekan Emisi Karbon
Bos Hutama Karya: Korupsi Pengadaan Tanah Tak Gunakan Dana PMN
Mahasiswa Unesa Peraih Medali AUG 2024 Diganjar Beasiswa dan Bebas Skripsi
Saksikan Sinetron Di Antara Dua Cinta di SCTV Episode Senin 8 Juli 2024 Pukul 21.30 WIB, Simak Sinopsisnya
Sebelum Peluru Maut Meletus, Anggota DPRD Lampung Sempat Lepaskan 7 Kali Tembakan
DPR Minta Semua Pihak Hormati Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
Jadi Menkeu Baru Inggris, Rachel Reeves Bocorkan Rencana Pulihkan Ekonomi
Kaesang Pangarep: Harusnya PKS Usung Kadernya Sendiri Jadi Cagub Jakarta
70 Persen Ibu Hamil Konsumsi Kental Manis, YAICI: Itu Bukan Susu
Sirkuit Mandalika Gelar Balap Mobil Radical Perdana Oktober 2024
Diskominfo Kepulauan Babel Tingkatkan Pengawasan untuk Lawan Hoaks Menjelang Pilkada 2024