uefau17.com

Taman Nasional Komodo Uji Cobakan Aplikasi SiOra pada Agustus 2024, Persiapan Jelang Penerapan Sistem Tutup Buka - Lifestyle

, Jakarta - Kepala Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) Hendrikus Rani Siga menegaskan bahwa mengelola tingkat kunjungan wisatawan merupakan bagian dari menjaga keberlanjutan kawasan Taman Nasional Komodo. Untuk itu, BTNK membuat aplikasi SiOra yang memiliki fitur pemesanan tiket ke sejumlah destinasi wisata di kawasan tersebut beserta informasi destinasi.

"Dengan demikian, kita tahu jumlah kunjungan ke berbagai destinasi, sehingga dari jumlah itu akan ada baseline data, lalu akan kami kembangkan lagi aplikasi untuk kontrol. Jika sampai jumlah maksimum wisatawan, maka langsung ditutup," katanya, dikutip dari Antara, Jumat (19/7/2024).

Ia menjelaskan aplikasi SiOra akan diujicobakan pada Agustus 2024. "Lalu pada tahun 2025 kita akan menerapkan aplikasi siOra, sekarang bisa didownload di Play Store dan App Store," katanya.

Aplikasi itu bagian dari rencana penerapan sistem tutup buka kawasan Taman Nasional Komodo untuk kepentingan konservasi dan keberlanjutan. Sebelum diimplementasikan, pihak balai menggandeng Pusat Kajian Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM) yang didukung Badan Pengelola Otoritas Labuan Bajo Flores (BPOLBF) untuk mengkaji daya dukung dan daya tampung lingkungan secara ilmiah.

Hasil kajian akan menjadi acuan pengelolaan kawasan konservasi tersebut mengingat kunjungan wisata berpotensi meningkat seiring dibukanya penerbangan internasional ke Labuan Bajo mulai September 2024 dan meningkatnya minat wisata alam. Data BTNK mencatat 300.488 wisatawan berkunjung ke Taman Nasional Komodo sepanjang 2023.

 

"Kami harus juga mempersiapkan diri, salah satunya adalah kajian daya dukung lagi untuk dapat jumlah yang pas," kata Hendrikus.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Durasi Break Taman Nasional Komodo yang Ideal

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai penerapan sistem tutup buka adalah hal yang wajar karena kawasan wisata alam harus menjalani masa ‘istirahat’ dari kegiatan wisata dalam rentang waktu tertentu.

"Kami rasa itu kegiatan yang memang harus dijakankan tempat wisata alam, mesti ada masa istirahat atau break, karena selama ini sudah banyak didatangi wisatawan," kata Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Satyawan Pudyatmoko usai pembukaan acara Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2024 di Jakarta, Selasa, 16 Juli 2024.

"Taman Nasional Komodo ini termasuk destinasi wisata favorit jadi perlu perawatan yang lebih intensif. Hewan-hewannya perlu istirahat begitu juga dengan lingkungan sekitarnya, jangan hanya diekspos terus tapi juga perlu pemeliharaan dan perbaikan," lanjut Dirjen KSDAE.

Satyawan menambahkan, penutupan kawasan wisata alam idealnya minimal seminggu, bisa juga 10 hari, sebulan atau bahkan lebih. Semuanya bergantung situasi dan kebutuhan dari tempat wisata itu sendiri.

"Kapan tempat wisata alam seperti TN Komodo ini harus ditutup sementara, itu ada kajian dan perhitungannya sendiri. Biasanya dilihat dari berapa jumlah kunjungan dan kondisi tempat itu sendiri. Jadi bukan sekadar tutup dan buka, pasti ada hitung-hitungannya sendiri," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Berdampak Positif pada Destinasi Wisata Lain di Labuan Bajo

Di sisi lain, Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan (Disparekrafbud) Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, mendukung wacana penutupan sementara Taman Nasional Komodo oleh BTNK. "Karena ini bicara soal konservasi, kita mau TNK ini umur panjang atau tidak? Kalau mau kita harus jaga," kata Kepala Disparekrafbud Manggarai Barat Stefan Jemsifori di Labuan Bajo, Selasa, 16 Juli 2024, dikutip dari Antara.

Stefan meyakini sistem tutup buka itu akan berdampak positif pada penyebaran wisatawan ke berbagai destinasi di luar kawasan TNK dan dapat mengurangi tekanan di dalam kawasan TNK karena aktivitas wisata. Menurut dia, destinasi di luar kawasan TNK dinilai tidak kalah menarik sebab menawarkan wisata alam dan bahari yang dapat dijual oleh pelaku pariwisata ke wisatawan nusantara dan mancanegara.

Ia merekomendasikan alternatif tempat wisata lain, seperti perairan Pulau Kelor, perairan Manjarite, perairan Rangko, dan menikmati wisata alam di Gua Rangko. Wisatawan juga bisa berkunjung ke Desa Wisata Wae Lolos, Air Terjun Cunca Wulang, Gua Batu Cermin, Puncak Waringin, ekowisata Ngalor Kalo di Lembor, dan Daya Tarik Wisata (DTW) Bukit Porong.

4 dari 4 halaman

Bantu Pemerataan Kunjungan Wisata ke Luar Taman Nasional Komodo

Stefan juga mengatakan, "Dampak positifnya buat pemerintah daerah wisatawan akan menyebar ke luar kawasan, sehingga balance destinasi wisata super prioritas bisa dirasakan juga oleh desa-desa wisata." 

Ia juga meminta dukungan semua pihak agar secara kolektif mengembangkan destinasi di luar kawasan TNK sehingga semakin siap menerima wisatawan, terlebih potensi kenaikan kunjungan wisatawan karena penerbangan internasional yang akan dibuka pada September 2024.

"Semuanya harus duduk bersama baik dinas pariwisata, dinas pendapatan, dinas perhubungan, dinas komunikasi dan informasi, dinas perdagangan serta kementerian-lembaga," katanya.

Sebelumnya, pada 6--9 Juni 2024, Badan Pengelola Otoritas Labuan Bajo Flores menggelar Komodo Travel Mart (KTM) edisi V di Golo Mori Convention Center (GMCC), Labuan Bajo. Salah satu agenda yang dilaksanakan adalah Table Top Meeting Business to Business (B2B) untuk mempromosikan pariwisata se-Nusa Tenggara Timur (NTT).

Forum tersebut mempertemukan 121 buyers yang berasal dari berbagai negara yang menjadi pasar wisatawan ke Labuan Bajo, mulai dari Singapura, Kuala Lumpur, Malaysia, dan Australia. Sementara, seller yang hadir adalah 63 operator tur dari berbagai daerah di NTT.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat