uefau17.com

Makna Istimewa Mangkuk Ayam Jago, Diciptakan Warga Hakka Dipatenkan di Thailand - Lifestyle

, Jakarta - Siapa yang tak pernah makan menggunakan mangkuk ayam jago? Peralatan makan ini paling mudah ditemui saat jajan bakso atau mi ayam, seolah ada yang kurang bila menyantap kedua jenis makanan tanpa mangkuk tersebut.

Dikutip dari laman Says, Senin (12/9/2022), mangkuk porselen itu juga dikenal dengan nama lain ji gong wan, gong ji wan, dan ji jiao wan. Mangkuk ini diyakini pertama kali berasal dari Provinsi Guangdong, China Selatan, lebih dari satu abad lalu. Dibuat oleh perajin Hakka yang dicetak manual dan dilukis tangan.

Karena itu, mangkuk asli hanya ada satu-satunya, diikuti mangkuk lain yang memiliki ukuran dan pola sedikit berbeda. Ciri khasnya terletak pada tiga motif berbeda, yakni ayam jago berekor hitam dengan leher merah, bunga peony merah, dan daun pisang hijau.

Seperti mayoritas elemen dekoratif China, masing-masing motif memiliki makna. Menurut Culture Guru, ayam dalam bahasa Hokkien memiliki penyebutan yang mirip dengan kata 'keluarga/rumah'. Orang-orang meyakini ketika mereka makan dari mangkuk ayam jago, itu menyimbolkan harapan kesejahteraan dianugerahkan kepada keluarga mereka. Motif ayam juga menyimbolkan kerja keras, semangat berjuang, dan keluarga yang berkembang.

Mengapa ayam jago dan bukan ayam betina? Itu karena sistem patriarki yang dipegang teguh masyarakat Tiongkok di masa lalu. Mereka saat itu lebih memfavoritkan lelaki daripada perempuan sehingga memiliki anak lelaki dianggap berkah luar biasa untuk keluarga tersebut. Orangtua keluarga Hakka akan membeli mangkuk ayam jago untuk anak lelakinya dan mengukir namanya atau menandainya secara unik, yang akan tetap berada di aula leluhur sampai pemiliknya meninggal.

Sementara, bunga peony diartikan sebagai 'bunga mekar dengan kekayaan dan kemakmuran'. Karena itu, peony menyimbolkan kemakmuran, kekayaan, dan status sosial yang tinggi. Sementara, daun pisang diartikan nasib baik dan keberuntungan. Di masa lalu, mangkuk ayam jago digunakan oleh keluarga Tiongkok sebagai doa untuk rumah tangga yang sejahtera.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kelas Pekerja

Di masa lalu, mangkuk ayam jago digunakan secara luas oleh kelas pekerja dan keluarga yang tinggal di pedesaan. Harganya jauh lebih murah dari mangkuk porselen bermotif burung phoenix dan naga yang identik dengan keluarga kelas atas.

Mangkuk itu juga populer karena tebal, lebih tahan lama, dan mudah digunakan saat makan. Satu tangan saja bisa mengangkat mangkuk itu saat tangan yang satu lagi memegang sumpit. Terlebih, kegiatan makan bersama bagi warga China secara dulu menjadi elemen penting yang terus dilakukan sebagai keluarga maupun komunitas.

Seiring waktu, orang Kanton menggunakan mangkuk ayam jago sebagai mas kawin sebagai doa agar pengantin pria memiliki masa depan yang mulus. Baru pada 1960-an, mangkuk tersebut digunakan di banyak kedai makan dan pujasera di Hong Kong.

Lalu, bagaimana mangkuk tersebut populer juga di Asia Tenggara? Itu terjadi setelah masyarakat Hakka bermigrasi ke Asia Tenggara. Mereka melanjutkan tradisi membuat mangkuk ayam jago.

Menurut Bangkok Post, pabrik mangkuk keramik pertama dibuka di Thailand pada 1955 oleh Chin Simyu, seorang imigran China. Itu terjadi setelah penemuan cadangan kaolin di Lampang sebagai bahan baku keramik untuk pembuatan mangkuk tersebut.

3 dari 4 halaman

Diklaim Perusahaan Indonesia

Seni untuk membuat mangkuk ayam jago sampai saat ini terus dipertahankan di Lampang dan telah terdaftar sebagai produk Indikasi Geografis (IG) Lampang, Thailand. Bahkan, mangkuk itu menjadi salah satu suvenir andalan. 

Mangkuk itu juga menginspirasi warga Malaysia membuat monumen mangkuk ayam jago. Anggota parlemen Pandamaran, Tony Leong Tuck Chee membangun patung beton di Kampung Baru Pandamaran, Port Klang, pada Januari 2021.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Mengutip dari Vice, sebuah perusahaan telah mengklaim memiliki merek dagang dari cetakan ayam pada 2017. Karena itu, siapapun yang memproduksi, menggunakan, atau memperdagangkan gambar ayam diancam hukuman lima tahun penjara atau denda Rp2 miliar.

Klaim tersebut disampaikan oleh PT Lucky Indah Keramik. Pabrik tersebut didirikan pada 1972 dan memiliki dua pabrik di Tangerang dan Depok.

Padahal, ilustrasi ayam jago itu tidak hanya menyebar di Indonesia, tetapi juga banyak negara lain, termasuk Jepang dan Korea Selatan. "Karena gambarnya ada di mana-mana, kita tidak menyangka bisa mematenkan itu," ujar Nurul Tafiqu Rohman, peneliti LIPI.

4 dari 4 halaman

Timbul Tanda Tanya

Nurul menjelaskan, pada prinsipnya, siapa pun bisa mengklaim paten atas mangkuk ayam jago sepanjang belum ada mengajukannya. Departemen Kekayaan Intelektual Indonesia akan memberikan hak paten itu kepada pihak yang mendaftar lebih dulu. 

Sebelum hak diberikan, klaim itu akan diselidiki. Pemohon juga harus dapat memberikan bukti bahwa merekalah yang sebenarnya menciptakan ilustrasi tersebut. Jika tidak ada yang merasa dirugikan atau memprotes klaim tersebut hak paten dapat diberikan.

Tapi, pengajuan itu seringkali tak diumumkan luas kepada publik. Jika diketahui luas, masyarakat bisa saja mengajukan protes, seperti yang terjadi pada kasus klaim HAKI atas nama Citayam Fashion Week yang diajukan oleh Baim Wong, beberapa waktu lalu.

Hal itu juga diyakini oleh Rahung Nasution, seorang ahli kuliner. Ia mengatakan gambar itu telah menjadi bagian tradisi yang setara dengan warisan nasional.

"Tidak ada seorang pun yang mempertanyakannya karena itu telah menjadi bagian dari budaya kuliner kita. Apakah seseorang mematenkan mainan tradisional, seperti gasing? Lucu bahwa seseorang tiba-tiba mengklaim mangkuk ini," ucap Rahung.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat