Persalinan sectio caesaria atau caesar pernah menjadi tren di kalangan para ibu. Apa benar operasi ini lebih memiliki keuntungan daripada persalinan normal hingga menjadi tren?. Namun menurut dr. Eddy SpOG hal tersebut tidaklah benar.
"Persalinan caesar memang pernah jadi tren nih, banyak ibu yang memilih caesar daripada melahirkan normal. Kebanyakan yang seperti itu karena tidak ingin merasakan nyeri berlebihan saat persalinan," kata dr. Eddy.
Hal serupa juga dikatakan dokter spesialis Anak dan Konsultan di Rumah Sakit Pondok Indah, DR. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K).
"Memang pernah jadi tren, tapi sekarang saya bangga banyak ibu yang kembali ke jalan yang benar yaitu memilih persalinan normal daripada caesar. Kalau bisa Melahirkan Normal untuk apa lakukan caesar. Sebenarnya caesar itu lebih banyak ruginya salah satunya lebih lama penyembuhan bekas operasinya," kata dr. Rina saat diwawancarai , Kamis (5/12/2013).
Menurut kedua dokter tersebut setiap persalinan memiliki risiko, namun langkah operasi caesar lebih berisiko. "Kalau memang masih bisa normal ya kenapa tidak melahirkan normal, kecuali memang ada indikasi mutlak yang harus caesar maka barulah operasi caesar," kata dr. Eddy.
dr. Eddy menambahkan operasi caesar dilakukan saat ada indikasi atau kondisi darurat (emergency). "Kalau teorinya ada dua indikasi yang perlu dilakukan saat proses kelahiran yaitu indikasi mutlak dan relatif, namun ada juga indikasi sosial dan itu membuat para dokter dilema, ketika sebenarnya bisa melahirkan normal tetapi pasien tetap kekeh ingin caesar itu yang bikin dilema," kata dr. Eddy.
Menurut dr. Eddy operasi caesar dilakukan ketika ada indikasi mutlak seperti hipertensi pada masa kehamilan atau pre eklampsia, pendarahan dan pinggul yang kecil.
"Kalau saat diperiksa dokter ada indikasi mutlak yang memang harus caesar ya berarti ibu tersebut harus caesar bukan tetap ingin normal nantinya dikhawatirkan risikonya fatal, begitu juga sebaliknya kalau bisa normal jangan kekeh mau caesar" kata dr. dr. Eddy.
Bila pasien tetep pada keinginannya dokter akan menjelaskan risiko yang akan terjadi. "Biasanya kalau kondisinya seperti itu pasien kekeh sama keinginannya kita kasih tahu risiko yang akan diterimanya," kata dr. Eddy.
Kedua dokter tersebut kembali mengingatkan persalinan caesar sebaiknya hanya dilakukan bila ada indikasi medis yang mengancam keselamatan ibu dan bayi.
"Selain indikasi bisa juga terjadi karena kondisi garurat seperti misalnya tadinya bisa normal tapi kalau pembukaannya tidak maju-maju, air ketuban sudah habis, tenaga juga sudah tidak memungkinkan maka kita akan berkonsultasi kepada keluarganya untuk segera dilakukan caesar," kata dr. Rina.
(Mia/Abd)
"Persalinan caesar memang pernah jadi tren nih, banyak ibu yang memilih caesar daripada melahirkan normal. Kebanyakan yang seperti itu karena tidak ingin merasakan nyeri berlebihan saat persalinan," kata dr. Eddy.
Hal serupa juga dikatakan dokter spesialis Anak dan Konsultan di Rumah Sakit Pondok Indah, DR. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K).
"Memang pernah jadi tren, tapi sekarang saya bangga banyak ibu yang kembali ke jalan yang benar yaitu memilih persalinan normal daripada caesar. Kalau bisa Melahirkan Normal untuk apa lakukan caesar. Sebenarnya caesar itu lebih banyak ruginya salah satunya lebih lama penyembuhan bekas operasinya," kata dr. Rina saat diwawancarai , Kamis (5/12/2013).
Menurut kedua dokter tersebut setiap persalinan memiliki risiko, namun langkah operasi caesar lebih berisiko. "Kalau memang masih bisa normal ya kenapa tidak melahirkan normal, kecuali memang ada indikasi mutlak yang harus caesar maka barulah operasi caesar," kata dr. Eddy.
dr. Eddy menambahkan operasi caesar dilakukan saat ada indikasi atau kondisi darurat (emergency). "Kalau teorinya ada dua indikasi yang perlu dilakukan saat proses kelahiran yaitu indikasi mutlak dan relatif, namun ada juga indikasi sosial dan itu membuat para dokter dilema, ketika sebenarnya bisa melahirkan normal tetapi pasien tetap kekeh ingin caesar itu yang bikin dilema," kata dr. Eddy.
Menurut dr. Eddy operasi caesar dilakukan ketika ada indikasi mutlak seperti hipertensi pada masa kehamilan atau pre eklampsia, pendarahan dan pinggul yang kecil.
"Kalau saat diperiksa dokter ada indikasi mutlak yang memang harus caesar ya berarti ibu tersebut harus caesar bukan tetap ingin normal nantinya dikhawatirkan risikonya fatal, begitu juga sebaliknya kalau bisa normal jangan kekeh mau caesar" kata dr. dr. Eddy.
Bila pasien tetep pada keinginannya dokter akan menjelaskan risiko yang akan terjadi. "Biasanya kalau kondisinya seperti itu pasien kekeh sama keinginannya kita kasih tahu risiko yang akan diterimanya," kata dr. Eddy.
Kedua dokter tersebut kembali mengingatkan persalinan caesar sebaiknya hanya dilakukan bila ada indikasi medis yang mengancam keselamatan ibu dan bayi.
"Selain indikasi bisa juga terjadi karena kondisi garurat seperti misalnya tadinya bisa normal tapi kalau pembukaannya tidak maju-maju, air ketuban sudah habis, tenaga juga sudah tidak memungkinkan maka kita akan berkonsultasi kepada keluarganya untuk segera dilakukan caesar," kata dr. Rina.
(Mia/Abd)
Terkini Lainnya
Persalinan Caesar
Proses Persalinan
Ibu melahirkan
operasi caesar
Rekomendasi
Kondisi Kehamilan yang Memerlukan Persalinan Caesar, Kenali Apa Saja
Euro 2024
Sudah 39 Tahun, Cristiano Ronaldo Beri Bocoran Terkait Masa Depannya di Portugal
Infografis Jadwal Semifinal dan Final Euro 2024 dan Copa America 2024
Tekel Keras Gelandang Jerman Akhiri Kiprahnya di Euro 2024, Pedri Kirim Pesan pada Toni Kroos
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Copa America 2024
Infografis Jadwal Semifinal dan Final Euro 2024 dan Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Kesedihan Selimuti Fan Zone Copacabana Brasil
Mengejutkan, Uruguay Depak Brasil dari Copa America 2024
Hasil Copa America 2024 Uruguay vs Brasil: Selecao Kalah Dramatis Lewat Adu Penalti, La Celeste Tantang Kolombia di Semifinal
Hasil Copa America 2024 Kolombia vs Panama: Gulung Los Canaleros 5-0, Luis Diaz Cs Kunci Tiket Semifinal
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Diskominfo Kepulauan Babel Tingkatkan Pengawasan untuk Lawan Hoaks Menjelang Pilkada 2024
Kaesang Pangarep Ungkap PSI-PKS Jalin Kerja Sama di Pilkada untuk 3 Wilayah Ini
Kapan Pilkada 2024? Simak Jadwal Persiapan dan Penyelenggaraannya
Jelang Pilkada 2024, Masyarakat Aceh Barat Diminta Tak Terprovokasi Hoaks
Proses Pendaftaran PPS Pilkada 2024, Simak Tanggung Jawab dan Masa Kerjanya
TOPIK POPULER
Populer
Jalani dengan Happy, Prilly Latuconsina Diet Apa Hingga Berhasil Turun 12 Kg?
Soal Serangan Ransomware, Dirut BPJS Kesehatan: Keamanan Data Kami Berlapis-Lapis
BPJS Kesehatan Luncurkan Face Recognition FRISTA, Permudah Layanan JKN dengan Pengenal Wajah
Viral! Brian Clash of Champions Bikin Netizen Terenyuh dengan Pesan Menyentuh, Begini Isinya
Kontribusi Nutrisi dalam Mencegah Rambut Rontok Punya Peran Penting, Ini Alasannya
Katy Saunders Hamil Lagi, Song Joong Ki Bakal Jadi Bapak 2 Anak
Donor Darah Bisa Jadi Gaya Hidup Sehat, Tapi Perhatikan Dulu 4 Hal Ini
Cara Siapkan Anak Kembali ke Sekolah Usai Libur Panjang, Orangtua Bisa Terapkan Ini
Apa Itu Cryptarithm? Game Angka yang Bikin Sandy dan Axel Gampang Tumbangkan Tim Jessica Clash of Champions
Pegi Setiawan
DPR Minta Semua Pihak Hormati Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
Profil Eman Sulaeman, Hakim PN Bandung yang Kabulkan Praperadilan Pegi Setiawan
5 Fakta Terkait Pegi Setiawan Bebas dari Tahanan, Kabulkan Gugatan Praperadilan
Pegi Setiawan Bakal Dibebaskan, Komnas HAM Pastikan Penyelidikan Kasus Vina Cirebon Berlanjut
Hotman Paris Ajak Pegi Setiawan Makan Ramen Setelah Status Tersangka Kasus Vina Cirebon Batal
Berita Terkini
Kemendagri Bersama KPK dan BPKP Perkuat Fungsi APIP untuk Berantas Praktik Korupsi di Pemda
Hidrogen jadi Energi Alternatif Tekan Emisi Karbon
Bos Hutama Karya: Korupsi Pengadaan Tanah Tak Gunakan Dana PMN
Mahasiswa Unesa Peraih Medali AUG 2024 Diganjar Beasiswa dan Bebas Skripsi
Saksikan Sinetron Di Antara Dua Cinta di SCTV Episode Senin 8 Juli 2024 Pukul 21.30 WIB, Simak Sinopsisnya
Sebelum Peluru Maut Meletus, Anggota DPRD Lampung Sempat Lepaskan 7 Kali Tembakan
DPR Minta Semua Pihak Hormati Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
Jadi Menkeu Baru Inggris, Rachel Reeves Bocorkan Rencana Pulihkan Ekonomi
Kaesang Pangarep: Harusnya PKS Usung Kadernya Sendiri Jadi Cagub Jakarta
70 Persen Ibu Hamil Konsumsi Kental Manis, YAICI: Itu Bukan Susu
Sirkuit Mandalika Gelar Balap Mobil Radical Perdana Oktober 2024
Diskominfo Kepulauan Babel Tingkatkan Pengawasan untuk Lawan Hoaks Menjelang Pilkada 2024
6 Curhatan Via Vallen Setelah Ayahnya Meninggal Dunia, Duka Akibat Kehilangan Tak Pernah Bisa Hilang
Dana Pensiun jadi Solusi Putus Rantai Generasi Sandwich
Update Korban Longsor Tambang Suwawa Gorontalo: 35 Selamat, 10 Meninggal Dunia, 48 Hilang