Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) merilis dokumen, yang untuk kali pertamanya mengakui peran kunci lembaga tersebut dalam kudeta 1953. Aksi itu menggulingkan Perdana Menteri Iran yang terpilih secara demokratis, Mohammad Mossadeq.
Dokumen-dokumen tersebut dipublikasikan dalam Arsip Keamanan Nasional independen, tepat dalam momentum peringatan ke-60 kudeta.
"Kudeta militer dilakukan di bawah arahan CIA sebagai tindakan dari pelaksanaan kebijakan luar negeri Amerika Serikat," ujar salah satu kutipan dalam dokumen tersebut, seperti dimuat BBC, 19 Agustus 2013.
Sebelumnya, peran AS dalam kudeta tersebut diungkap secara gamblang oleh Menteri Luar Negeri AS Madeleine Albright, yang kini mantan, pada tahun 2000. Juga oleh Presiden Barack Obama dalam pidato tahun 2009 di Kairo.
Namun, hingga dokumen ini terungkap badan-badan intelijen kerap mengeluarkan 'penolakan terselubung' atas keterlibatan mereka. Demikian diungkap peneliti dokumen terkemuka, Malcolm Byrne.
Ini diyakini sebagai kali pertamanya CIA mengakui sendiri keterlibatannya dalam 'konser' yang dimainkan bersama Badan Intelijen Inggris, M16.
Byrne mengatakan, dokumen-dokumen tersebut sangat penting. "Tak hanya menyediakan data spesifik dan wawasan terkait tindakan intelijen sebelum dan sesudah operasi. Juga karena partisan politik dari semua sisi, termasuk pemerintah Iran, secara teratur 'mengundang' kudeta."
Dokumen-dokumen tersebut diperoleh dan diungkap Badan Keamanan Nasional AS (NSA) di bawah UU Kebebasan Informasi.
Kudeta Dipicu Minyak
Ini yang membuat Mossaddeq digulingkan: Perdana Menteri yang terpilih pada 1951 secara cepat mengambil langkah menasionalisasikan produksi minyak negara, yang berada di bawah kontrol Inggris melalui Anglo-Persian Oil Company -- yang kemudian menjadi British Petroleum atau BP.
Langkah itu menjadi sumber kekhawatiran AS dan Inggris, yang menganggap minyak Iran sebagai kunci pembangunan kembali ekonomi pasca-perang.
Perang Dingin juga jadi faktor dalam kalkulasi. "Diperkirakan bahwa Iran berada dalam bahaya nyata, jatuh dalam kekuasaan Tirai Besi, jika itu terjadi itu berarti kemenangan bagi Uni Soviet dalam Perang Dingin dan kemunduran besar bagi Barat di Timur Tengah," kata perencana kudeta, Donald Wilber dalam sebuah dokumen yang ditulis berbulan-bulan sebelum penggulingan.
Dokumen-dokumen juga menunjukkan bagaimana CIA menyiapkan kudeta, dengan memublikasikan cerita anti-Mossadeq baik di media Iran dan AS.
Kudeta tersebut memperkuat pemerintahan Syah Mohammad Reza Pahlevi -- yang baru saja melarikan diri dari Iran akibat kalah dalam perebutan kekuasaan dengan Mossadeq. Syah Iran kembali setelah kudeta dan otomatis makin mantap menjadi sekutu dekat AS dan Barat.
AS dan badan intelijen Inggris didukung pasukan pro-Syah lalu membantu mengatur protes anti-Mossadeq.
"Tentara segera bergabung dengan gerakan pro-Syah dan siang hari itu sudah jelas bahwa Teheran, serta wilayah provinsi tertentu, dikendalikan oleh kelompok-kelompok pro-Syah dan unit Angkatan Darat," tulis Wilber.
"Pada akhir Agustus 19 ... anggota pemerintahan Mossadeq bersembunyi atau dipenjara."
Mossadeq ditahan selama 3 tahun di penjara dan meninggal dalam tahanan rumah pada 1967. Syah yang kembali berkuasa di Iran setelah kudeta hanya bertahan sampai 1979, ketika ia digulingkan dalam revolusi Islam. (Ein/Mut)
Dokumen-dokumen tersebut dipublikasikan dalam Arsip Keamanan Nasional independen, tepat dalam momentum peringatan ke-60 kudeta.
"Kudeta militer dilakukan di bawah arahan CIA sebagai tindakan dari pelaksanaan kebijakan luar negeri Amerika Serikat," ujar salah satu kutipan dalam dokumen tersebut, seperti dimuat BBC, 19 Agustus 2013.
Sebelumnya, peran AS dalam kudeta tersebut diungkap secara gamblang oleh Menteri Luar Negeri AS Madeleine Albright, yang kini mantan, pada tahun 2000. Juga oleh Presiden Barack Obama dalam pidato tahun 2009 di Kairo.
Namun, hingga dokumen ini terungkap badan-badan intelijen kerap mengeluarkan 'penolakan terselubung' atas keterlibatan mereka. Demikian diungkap peneliti dokumen terkemuka, Malcolm Byrne.
Ini diyakini sebagai kali pertamanya CIA mengakui sendiri keterlibatannya dalam 'konser' yang dimainkan bersama Badan Intelijen Inggris, M16.
Byrne mengatakan, dokumen-dokumen tersebut sangat penting. "Tak hanya menyediakan data spesifik dan wawasan terkait tindakan intelijen sebelum dan sesudah operasi. Juga karena partisan politik dari semua sisi, termasuk pemerintah Iran, secara teratur 'mengundang' kudeta."
Dokumen-dokumen tersebut diperoleh dan diungkap Badan Keamanan Nasional AS (NSA) di bawah UU Kebebasan Informasi.
Kudeta Dipicu Minyak
Ini yang membuat Mossaddeq digulingkan: Perdana Menteri yang terpilih pada 1951 secara cepat mengambil langkah menasionalisasikan produksi minyak negara, yang berada di bawah kontrol Inggris melalui Anglo-Persian Oil Company -- yang kemudian menjadi British Petroleum atau BP.
Langkah itu menjadi sumber kekhawatiran AS dan Inggris, yang menganggap minyak Iran sebagai kunci pembangunan kembali ekonomi pasca-perang.
Perang Dingin juga jadi faktor dalam kalkulasi. "Diperkirakan bahwa Iran berada dalam bahaya nyata, jatuh dalam kekuasaan Tirai Besi, jika itu terjadi itu berarti kemenangan bagi Uni Soviet dalam Perang Dingin dan kemunduran besar bagi Barat di Timur Tengah," kata perencana kudeta, Donald Wilber dalam sebuah dokumen yang ditulis berbulan-bulan sebelum penggulingan.
Dokumen-dokumen juga menunjukkan bagaimana CIA menyiapkan kudeta, dengan memublikasikan cerita anti-Mossadeq baik di media Iran dan AS.
Kudeta tersebut memperkuat pemerintahan Syah Mohammad Reza Pahlevi -- yang baru saja melarikan diri dari Iran akibat kalah dalam perebutan kekuasaan dengan Mossadeq. Syah Iran kembali setelah kudeta dan otomatis makin mantap menjadi sekutu dekat AS dan Barat.
AS dan badan intelijen Inggris didukung pasukan pro-Syah lalu membantu mengatur protes anti-Mossadeq.
"Tentara segera bergabung dengan gerakan pro-Syah dan siang hari itu sudah jelas bahwa Teheran, serta wilayah provinsi tertentu, dikendalikan oleh kelompok-kelompok pro-Syah dan unit Angkatan Darat," tulis Wilber.
"Pada akhir Agustus 19 ... anggota pemerintahan Mossadeq bersembunyi atau dipenjara."
Mossadeq ditahan selama 3 tahun di penjara dan meninggal dalam tahanan rumah pada 1967. Syah yang kembali berkuasa di Iran setelah kudeta hanya bertahan sampai 1979, ketika ia digulingkan dalam revolusi Islam. (Ein/Mut)
Terkini Lainnya
Amerika Serikat
Iran
CIA
Rekomendasi
Jepang dan Sejumlah Negara Anggota NATO Akan Latihan Militer di Hokkaido, Sinyal Waspada untuk China?
Kritik terhadap Netanyahu atas Perang di Gaza: Dia Membawa Israel pada Kekalahan
Membanggakan, Yenny Santoso Runner-Up 1 Mrs Globe di California Amerika Serikat
Warga Negara Baru Amerika Serikat Siap Berikan Suara dalam Pilpres AS
Istri di AS Tega Racuni Suami, Alasannya Merasa Tak Dihargai
Perusahaan Kripto di AS Wajib Lapor Pajak pada 2026
Lampaui Amerika Serikat, China Punya Paten AI Generatif Terbanyak Dunia
Joe Biden: Abaikan Perubahan Iklim adalah Tindakan Mematikan dan Tak Bertanggung Jawab
Copa America 2024
Kesedihan Selimuti Fan Zone Copacabana Brasil
Mengejutkan, Uruguay Depak Brasil dari Copa America 2024
Hasil Copa America 2024 Uruguay vs Brasil: Selecao Kalah Dramatis Lewat Adu Penalti, La Celeste Tantang Kolombia di Semifinal
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Hasil Copa America 2024 Kolombia vs Panama: Gulung Los Canaleros 5-0, Luis Diaz Cs Kunci Tiket Semifinal
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Uruguay vs Brasil, Segera Dimulai
Ketua KPU
KPU Minta Kasus Pencabulan Hasyim Asy'ari Tidak Menyeret-nyeret Keluarga
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Maju Pilkada 2024, Eman Suherman Berkomitmen Tulus Bantu Warga Majalengka
KPU Diminta Perkuat Iman Usai Tercoreng kasus Asusila Hasyim Asy'ari
Lumayan! Ini Besaran Gaji PPS Pilkada 2024 dan Masa Kerjanya, Simak Cara Daftarnya
Bawaslu Sulut Pastikan Pengungsi Gunung Ruang Punya Hak Pilih dalam Pilkada 2024
Nadiem Makarim Masuk Daftar Usulan Cagub DKI dari PSI Jakut
Hasil Mukerwil DPW PPP Sulsel: Dukung Kepemimpinan Mardiono hingga Sepakat Sukseskan Pilkada 2024
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
7 Juli 1937: Awal Mula Insiden Jembatan Marco Polo, Sekitar 100.000 Orang China Tewas
Populer
Minibus di Ukraina Barat Kecelakaan, 14 Orang Tewas
Ketegangan Meningkat, Taiwan Deteksi 62 Pesawat Militer China dalam 24 Jam
Serangan Udara Israel Tewaskan 16 Orang di Sekolah Gaza
Baru Menjabat, PM Baru Inggris Keir Starmer Soroti Banyaknya Narapidana
Uni Eropa: Opsi Berbayar Facebook-Instagram Langgar Aturan
Jepang dan Sejumlah Negara Anggota NATO Akan Latihan Militer di Hokkaido, Sinyal Waspada untuk China?
Studi Ini Kuak Kandungan Buah Delima Bisa Bantu Otak Cegah Alzheimer
Produser Film Titanic Jon Landau Meninggal Dunia di Usia 63 Tahun
7 Hotel Paling Mewah di Dubai, Ada yang Harganya Rp1,6 M Per Malam
Ribuan Orang di Korea Selatan Keracunan Kimchi yang Terkontaminasi Virus
Euro 2024
Hadiah Piala Eropa atau Euro 2024 Bikin Ngiler, Cek di Sini Besarannya
Akanji Gagal Penalti di Laga Inggris Vs Swiss, Punya Nilai Pasar Rp 782 Miliar
Cristiano Ronaldo Buka Suara usai Gagal Antar Portugal ke Semifinal Euro 2024, Apa Katanya?
Tampil Kompak, Ini 7 Potret Andrea Dian dan Ganindra Bimo Nonton Euro 2024 di Jerman
Top 3: Zodiak yang Paling Suka Traveling
Top 3 Berita Bola: Prancis Rebut Tiket Semifinal Euro 2024 usai Menang Dramatis atas Portugal Lewat Adu Penalti
Berita Terkini
Beda dengan Pemerintah, PBNU Tetapkan 1 Muharram Jatuh Senin Besok 8 Juli 2024
Festival Bulan Juni 2024 Sukses Digelar di Palembang
Marc Marquez dan Alex Marquez Naik Podium MotoGP Jerman 2024, Sejarah Tercipta di Sachsenring
BSI Jadi Sasaran Hoaks, dari Soal Layanan Sistem sampai Pembagian Hadiah
Waspada Calo, Beli Tiket Penyeberangan Wajib via Aplikasi Ferizy
4 Pasangan Zodiak yang Paling Berpotensi dari Sahabat Jadi Cinta, Kamu Salah Satunya?
6 Momen Hedi Yunus Main ke Rumah Ibu-ibu yang Mengidolakannya Selama 16 Tahun, Sukses Bikin Menjerit Histeris
Wamenkeu Minta Geo Dipa Terus Cari Sumber Energi Panas Bumi Baru
Bangladesh Protes Kualitas Peralatan Militer yang Dibeli dari China di Bawah Standar
Tanpa Kate Middleton, Pangeran William Eksis di Serial Dokumenter tentang Tunawisma di Inggris
4 Permohonan Penduduk Neraka yang Ditolak dan Tak Akan Pernah Terkabul, Na'udzubillah
Perbedaan Peran Fadly Faisal di Vidio Original Series Ular Tangga Dara(h) dan di Switchover
Ma'ruf Amin: Hayati Makna Tahun Baru Islam dengan Tingkatkan Iman dan Takwa
Melihat Aksi Flying Trapeze, Pertunjukan Akrobatik Kelas Dunia dengan Sentuhan Nusantara