uefau17.com

Foto Paus Fransiskus Kena Editan Artificial Intelligence - Global

, Jakarta - Baru-baru ini, warganet memuji gaya Paus Fransiskus setelah sebuah gambar dirinya mengenakan jaket putih yang trendi menjadi viral.

Namun, foto dirinya dengan jaket puffer putih sebenarnya palsu.

Gambar Paus Fransiskus yang dihasilkan oleh artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan itu berasal dari Subreddit yang didedikasikan untuk program AI Midjourney pada Jumat, 24 Maret 2023 kemarin, yang kemudian diedarkan secara luas di Twitter.

Saat program seni AI menjadi lebih mudah diakses, orang-orang telah mampu menyulap semua jenis gambar palsu yang terlihat sangat realistis, dilansir dari NBC News, Selasa (28/3/2023). Meskipun masih ada kekurangan di banyak program baru AI, program tersebut menjadi lebih baik, sehingga semakin sulit untuk membedakan yang asli dari yang palsu.

Bahkan salah satu selebritas, Chrissy Teigen, juga tertipu.

"Saya pikir jaket puffer paus itu asli dan tidak memikirkannya lagi. Tidak mungkin saya selamat dari masa depan teknologi," cuit Teigen di Twitter.

Ada peningkatan dalam pencarian Paus Fransiskus tidak lama setelah foto dirinya mengenakan jaket putih diunggah di Twitter, menurut Google Trends. Satu cuitan dari gambar itu telah di-retweet lebih dari 25.000 kali pada Senin, 27 Maret 2023.

Gambar itu juga beredar beberapa hari setelah gambar AI lainnya akan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kena tangkap menjadi viral. Meski banyak orang skeptis terhadap foto Trump, banyak pengguna percaya bahwa gambar yang Paus Fransiskus itu nyata, menggambarkan peningkatan realisme AI.

Namun, ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa gambar itu dihasilkan oleh AI, termasuk tangan Paus Fransiskus yang miring dan tiruan salibnya yang melengkung.

Orang di balik gambar viral AI tidak segera menanggapi permintaan komentar, dan NBC News tidak dapat memverifikasi identitasnya.

Namun, dalam sebuah wawancara dengan Buzzfeed, ia berkata, "Saya pikir lucu melihat paus dengan jaket lucu."

Ia juga menambahkan bahwa "benar-benar menakutkan" banyak orang berpikir itu nyata tanpa mempertanyakannya.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Model AI Tampil di Sampul Vogue Singapura

AI tidak hanya dipakai untuk menipu orang di dunia maya, tetapi AI juga digunakan di industri fesyen.

Tidak lama ini, Vogue Singapura merilis sampul majalah terbaru edisi Maret 2023 yang sangat unik dan mengejutkan. Mengutip South China Morning Post, model yang dijadikan bintang di sampul majalah tersebut bukanlah manusia sungguhan, melainkan avatar yang dihasilkan oleh AI.

Hal itu merupakan hal yang pertama kali terjadi di dunia fesyen dengan sampul majalah mode terkenal didominasi oleh model-model avatar yang diciptakan oleh mesin AI.

Desmond Lim selaku pemimpin redaksi Vogue Singapura menjelaskan bahwa gagasan ini datang dari Varun Gupta, seorang direktur kreatif dari agen konten India, We Create Films.

Avatar AI pada sampul Vogue bertujuan untuk memberi penghormatan kepada inovasi dan tradisi di dunia fesyen. Avatar AI yang tampil pada sampul Vogue tersebut terdiri dari tiga perempuan Asia Tenggara yang berbeda, yang diberi nama Aadhya, Faye, dan Melur.

Para avatar tersebut terinspirasi dari gambar perempuan Asia Tenggara pada awal abad ke-20 dan hasilnya mewakili "etnis dan warisan unik mereka", tulis Lim dalam artikel yang dimuat di Vogue Singapura. 

Dalam proses pembuatan sampul majalah itu, alat pencitraan AI seperti Midjourney dan Dall-E digunakan.

Baca selebihnya di sini...

3 dari 4 halaman

Ubisoft Perkenalkan Alat AI untuk Bantu Bikin Dialog NPC dalam Game

Tidak hanya dunia fesyen, studio di balik Assassin's Creed dan Far Cry, Ubisoft, mengungkapkan mereka akan memanfaatkan AI untuk membuat dialog di dalam game.

Nantinya, alat AI yang diberi nama Ghostwriter, bakal menuliskan dialog untuk NPC (Non-Playable Characters) atau karakter yang tidak dapat dimainkan.

Menurut Ubisoft, hal tersebut bertujuan agar dialog NPC tetap menarik dan realistis secara personal dengan lebih sedikit pekerjaan manual.

Ubisoft mengatakan alat AI ini tidak akan menggeser pekerjaan penulis naskah video game, tetapi diklaim bakal meringankan tugas dalam membuat suara-suara yang dibuat oleh NPC, selama sebuah kejadian terpicu.

Dengan ini, penulis naskah game akan lebih punya banyak waktu untuk fokus pada narasi secara umum.

Mengutip situs resmi Ubisoft, obrolan-obrolan dan suara-suara orang dianggap sebagai fitur yang membuat pemain merasakan dunia di dalam game menjadi lebih imersif.

NPC yang saling berbicara, dialog musuh saat bertarung, atau pembicaraan saat memasuki sebuah area, menurut perusahaan, memberikan pengalaman dunia yang lebih realistis, bahkan terasa eksis di luar tindakan pemain.

"Namun, keduanya membutuhkan waktu dan upaya kreatif dari penulis naskah yang dapat dihabiskan untuk item plot inti lainnya," tulis Ubisoft.

Baca selebihnya di sini...

4 dari 4 halaman

Meta Manfaatkan AI Berantas Disinformasi di Facebook

AI juga dipakai untuk memberantas hingga memitigasi misinformasi dan disinformasi yang beredar di platform media sosial milik Meta, kata Kepala Kebijakan Misinformasi Meta Asia Pasific Alice Budisatrijo.

"Penting sekali saya rasa AI itu. Karena pengguna platform media sosial kami lebih dari dua miliar, ratusan juta konten di-posting setiap hari, tidak mungkin kami cuma mengandalkan reviewers ataupun pemeriksa fakta yang tentunya manusia," katanya.

Budisatrijo menambahkan bahwa kehadiran AI dapat membantu untuk mendeteksi potensi misinformasi dan disinformasi dengan melatih machine learning yang mempelajari konten-konten yang dilaporkan oleh pengguna.

Meski demikian, Budisatrijo mengungkapkan bahwa peran penting dari pihak ketiga yaitu pemeriksa fakta untuk mengecek lebih jauh mengenai konten yang diduga mengandung misinformasi dan disinformasi tersebut.

Terkait pemeriksa fakta, Meta telah bekerja sama dengan 90 mitra di seluruh dunia dan di Indonesia, seperti dari Kompas, , Tirto, Mafindo, dan lainnya. Mitra pemeriksa fakta ini telah disertifikasi melalui Jaringan Pemeriksa Fakta Internasional yang independen dan tidak memihak.

"Kalau pengguna melaporkan konten, itu sangat berguna untuk melatih AI kami. Namun, itu bukan satu-satunya signal yang kami punya," ujar Budisatrijo.

"Jadi benar kami terus mengimbau semua pengguna Facebook untuk melaporkan konten kalau mereka melihat apa yang melanggar kebijakan Facebook ataupun misinformasi. Namun, ada cara-cara lain juga. Artikel cek fakta dari pemeriksa fakta itu melatih AI kami untuk bisa lebih mengenali disinformasi," tuturnya.

Baca selebihnya di sini...

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat