uefau17.com

Arab Saudi Bantah Ada NATO Versi Arab - Global

, Jeddah - Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan membantah adanya konsep NATO versi Arab. Konsep itu sempat jadi pemberitaan karena disebut akan melibatkan aliansi Israel.

Dilaporkan Saudi Gazette, Minggu (17/7/2022), Menlu Arab Saudi berkata tidak ada kerja sama militer atau teknis bersama Israel yang dibahas. Tidak ada perbincangan tentang "aliansi pertahanan" dan "Arab NATO" juga ditegaskan tidak ada.

Hal itu diucapkan Pangeran Faisal di Jeddah Summit.Terkait program nuklir Iran, Pangeran Faisal berkata dialog dan diplomasi adalah solusi terhadap hal tersebut.

Namun, Iran tidak memberikan pesan apa-apa untuk Jeddah Summit. Pangeran Faisal turut menegaskan bahwa Amerika Serikat merupakan mitra strategis utama bagi Arab Saudi.

Ia juga membahas Yaman agar gencatan senjata dapat berkelanjutan untuk perdamaian.

"Kami bekerja secara serius untuk mencapai gencatan senjata komprehensif di Yaman, dan Houthi harus memahami kepentingan Yaman adalah perdamaian dan stabilitas," ujar Pangeran Faisal.

Ia menambahkan bahwa senjata-senjata dari Iran adalah bagian dari alasan kenapa konflik di Yaman berlanjut.

Pada communique Jeddah Summit, para negara yang hadiri sepakat untuk mengecam terorisme di kawasan, serta berjanji untuk mencegah pengiriman senjata kepada kelompok teror.

Gulf Cooperation Council (GCC) terdiri atas Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Oman, Bahrain, dan Kuwait, bersama dengan Mesir, Yordania, dan Irak. Acara Jeddah Summit juga dihadiri Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga hadir.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

NATO: Rusia Ancaman bagi Keamanan Eropa dan Atlantik

Sebelumnya dilaporkan, para pemimpin NATO melabeli Rusia sebagai ancaman bagi keamanan mereka ketika mereka merombak pertahanan aliansi itu sebagai tanggapan atas perang terhadap Ukraina, kata Kepala NATO Jens Stoltenberg.

"Kami akan menyatakan dengan jelas bahwa Rusia menimbulkan ancaman langsung bagi keamanan kami," kata Stoltenberg, menjelang peluncuran cetak biru strategis NATO, seperti dikutip dari MSN News, Sabtu (2/7/2022). 

Perang Ukraina menjadi fokus KTT NATO di Madrid pada awal Juli lalu.

Sekutu NATO akan terus memasok Ukraina dengan senjata dalam perangnya melawan Rusia selama diperlukan, kata Kanselir Jerman Olaf Scholz di Madrid pada hari Rabu.

"Adalah baik bahwa negara-negara yang berkumpul di sini tetapi banyak negara lain juga, memberikan kontribusi mereka sehingga Ukraina dapat mempertahankan diri - dengan menyediakan sarana keuangan, bantuan kemanusiaan, tetapi juga dengan menyediakan senjata yang sangat dibutuhkan Ukraina," kata Scholz kepada wartawan saat ia tiba untuk hari kedua KTT NATO.

Presiden UKraine Volodymyr Zelensky mengatakan kepada para pemimpin NATO dalam pidato khusus bahwa Ukraina membutuhkan senjata modern dan lebih banyak bantuan keuangan dalam perangnya melawan invasi Rusia.

"Kita perlu mematahkan keunggulan artileri Rusia ... Kami membutuhkan sistem yang jauh lebih modern, artileri modern," kata Zelensky kepada KTT NATO di Madrid melalui tautan video.

Dia menambahkan bahwa dukungan keuangan "tidak kalah pentingnya dengan bantuan dengan senjata"..."Rusia masih menerima miliaran setiap hari dan menghabiskannya untuk perang. Kami memiliki defisit miliaran dolar, kami tidak memiliki minyak dan gas untuk menutupinya," kata Zelensky, seraya menambahkan bahwa Ukraina membutuhkan sekitar US$ 5 miliar per bulan untuk pertahanannya.

3 dari 4 halaman

Pertama dalam Sejarah: NATO Summit Dihadiri Jepang dan Korea Selatan

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol kompak untuk hadir di NATO summit. Acara berlangsung pada 28-30 Juni 2022 di Madrid, Spanyol.

Ini adalah pertama kalinya pemimpin dua negara Asia Timur itu menghadiri acara NATO, padahal keduanya bukan anggota. Kedatangan Jepang dan Korsel juga menambahkan semakin bertambahnya minat negara-negara maju untuk merapat ke NATO di tengah invasi Rusia.  

Dilansir Yonhap, Senin (27/6), Presiden Yoon Suk Yeol telah berangkat dari negaranya menuju Spanyol. Ia akan menjadi Presiden Korea Selatan pertama yang menghadiri NATO summit. 

Ada agenda pertemuan trilateral antara Presiden Yoon dan PM Kishida bersama Presiden Amerika Serikat Joe Biden. 

Namun, The Japan Times menyebut bahwa kemungkinan besar tidak ada pertemuan empat mata antara Presiden Yoon dan PM Kishida di sela NATO summit.

Yonhap menyebut masalah historis, seperti terkait wanita penghibur, masih menjadi duri dalam rencana pertemuan antara kedua pemimpin.

Sejauh ini, PM Kishida telah terang-terangan ikut mengecam invasi Rusia ke Ukraina. 

Sebelumnya, Finlandia dan Swedia yang netral juga telah meminta untuk bergabung ke NATO. Duta Besar Swedia di Indonesia, Marina Berg, telah mengkonfirmasi bahwa langkah Swedia adalah karena invasi Rusia. 

Salah satu alasan Rusia menyerang Ukraina adalah karena tak ingin negara itu dekat dengan NATO. Namun, dengan merapatnya Jepang dan Korea Selatan, kini ada empat negara maju dan berteknologi tinggi yang semakin dekat dengan NATO akibat dampak dari invasi Rusia.

4 dari 4 halaman

Demi Cegah Iran Punya Senjata Nuklir, AS dan Israel Bergandeng Tangan

Sebuah persetujuan bersama yang berjanji akan mencegah Iran memperoleh senjata nuklir ditandatangani Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Yair Lapid, pada Kamis 14 Juli 2022. Penandatanganan ini dilakukan pada hari kedua lawatan Biden ke Timur Tengah.

Peerjanjian tersebut, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (15/7), yang menjadi bagian dari "Deklarasi Yerusalem" yang penting dalam kunjungan pertama Biden ke Israel sebagai presiden, dibuat sehari setelah presiden AS itu mengatakan kepada stasiun televisi lokal Israel bahwa ia terbuka dengan opsi untuk "menggunakan kekuatan" untuk menghentikan program nuklir Iran.

Pernyataan Biden tersebut dianggap sebagai upaya untuk mengakomodir seruan Israel kepada negara-negara besar untuk "menebar ancaman militer yang serius" terhadap Iran.

Biden menghadapi kesulitan dalam meyakinkan Iran agar bergabung kembali dengan persetujuan nuklir yang ditinggalkan oleh pendahulunya Donald Trump pada 2018.

Berbicara seusai penandatangan kesepakatan tersebut, Biden menjelaskan bahwa upaya untuk mencegah program nuklir Iran merupakan "tugas Israel dan Amerika Serikat (AS) dan juga negara-negara lain di dunia."

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat