, Jakarta- Selama empat pekan, 10 ilmuwan WHO keluar masuk pasar hingga laboratorium di Wuhan, China. Mereka ingin membuktikan spekulasi viral yang menyebut Virus Corona COVID-19 berasal dari Negeri Tirai Bambu.
Hasilnya, Tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan asal usul Virus Corona penyebab COVID-19 tidak begitu sesuai dengan berbagai teori dan hipotesa yang beredar. Mereka tidak menemukan COVID-19 berasal dari laboratorium atau pasar di Wuhan.
Anggota tim studi gabungan WHO-China, Peter Ben Embarek mengatakan, insiden laboratorium "sangat tidak mungkin" menjadi penyebab munculnya COVID-19. Para ahli dalam tim tersebut mengidentifikasi empat hipotesis terkait sumber penularan Virus Corona ke populasi manusia, yaitu penyebaran zoonosis (penyakit yang dapat ditularkan hewan kepada manusia) langsung, spesies inang perantara, rantai makanan, dan insiden yang berkaitan dengan laboratorium.
Advertisement
Temuan awal menunjukkan penularan melalui spesies inang perantara merupakan jalur "dengan kemungkinan terbesar" dan memerlukan studi lebih lanjut serta penelitian dengan target yang lebih spesifik, paparnya.
"Bagi kami, penting untuk mengembangkan sebuah sistem guna mengevaluasi semua hipotesis ini, yang memungkinkan kami mengambil pendekatan rasional serta melihat fakta dan bukti secara rasional," jelas Embarek.
Para ilmuwan menyimpulkan virus tersebut tidak mungkin merupakan buatan manusia, kata Liang Wannian, anggota lain dari tim studi gabungan WHO-China. "Sama sekali tidak ada Virus Corona baru di laboratorium Wuhan, jadi bagaimana mungkin virus itu bocor dari lab tersebut?" ujar Liang.
Baca Juga
Selain laboratorium, pasar makanan laut Huanan di Wuhan bisa jadi telah memungkinkan penyebaran Virus Corona COVID-19, namun bukan berarti virus itu berasal dari sana, menurut Vladimir Dedkov, pakar asal Rusia dan anggota tim ahli WHO yang menelusuri asal-usul COVID-19.
Dia mengatakan, "Tidak ada bukti bahwa virus itu berasal dari sana. Namun, menurut hipotesis, terdapat semua syarat untuk terjadinya penyebaran virus di tempat itu."
Pasar makanan laut tersebut dikaitkan dengan sebuah klaster awal kasus COVID-19, tetapi para ilmuwan belum dapat membuat kesimpulan tegas mengenai peran yang dimainkannya dalam penularan itu. Saat mengunjungi Institut Virologi Wuhan bersama sembilan pakar WHO lainnya, Dedkov juga membantah teori tentang kebocoran virus.
"Tentu saja, penting bagi misi kami untuk mengunjungi fasilitas ini, berbicara dengan kolega kami, dan melihat bagaimana segala sesuatunya dikelola di sana," ujarnya.
Dedkov menambahkan, mengingat laboratorium tersebut memiliki semua peralatan yang dibutuhkan, sulit baginya untuk membayangkan sesuatu bisa bocor dari sana.
Hasil temuan WHO ini tidak membuat semua orang senang. Direktur Eksekutif Program Kesehatan Darurat WHO, Dr. Michael Ryan pun menantang orang-orang yang mengklaim memiliki informasi tentang bagaimana pandemi meluas, untuk muncul dan memberikan penjelasan.
Menurut Ryan, ada banyak kritikus yang mengatakan mereka "tidak akan menerima laporan hasil penelitian WHO ketika keluar", atau ada "intelijen lain yang tersedia yang mungkin menunjukkan temuan berbeda" tentang bagaimana virus itu menyebar.
"Jika Anda memiliki jawabannya, tolong beri tahu kami," ujar Ryan.
Selain itu, Ryan juga mempertanyakan seberapa bertanggungjawabnya para pengkritik, yang menolak laporan Tim WHO. Ryan menyebutkan, penelitian tersebut seharusnya mendapatkan dukungan internasional, meski WHO tidak menemukan bukti kuat asal usul Virus Corona COVID-19 dari Wuhan, China.
![Infografis Virus Corona Covid-19 Bukan dari Laboratorium Wuhan. (/Trieyasni)](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/5VD64_2aZyRyxbPH6IK9UsjYUJw=/640x853/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3374695/original/098802000_1613036809-Infografis_hasil_investigasi_tim_who_di_wuhan.jpg)
Sejauh ini, negara yang menolak hasil temuan WHO di Wuhan ini adalah Amerika Serikat (AS). Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, pihaknya tidak akan menerima hasil temuan WHO dari penyelidikan Virus Corona COVID-19 di Wuhan, China.
Menurutnya, penghitungan lengkap oleh WHO dan China yang merinci bagaimana pandemi dimulai dan menyebar sangat penting mengingat pengaruhnya dan dampak global dari Virus Corona COVID-19.
"Jelas, China, setidaknya sampai saat ini, belum menawarkan transparansi yang kita butuhkan dan, yang sama pentingnya, komunitas internasional perlu, sehingga kita dapat mencegah pandemi seperti ini terjadi lagi," kata Price dalam sebuah pengarahan, seperti dilansir South China Morning Post, Kamis (11/2/2021).
"Kami akan bekerja dengan mitra kami, dan juga memanfaatkan informasi yang dikumpulkan dan dianalisis oleh komunitas intelijen kami sendiri ... daripada terburu-buru membuat kesimpulan yang mungkin dimotivasi oleh hal lain selain sains," sebut Price.
Peneliti Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr.rer.nat. Wien Kusharyoto menilai dalam pencarian asal usul virus ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. "Pada dasarnya kita harus tahu kira-kira sumbernya dari mana, karena dari sana bisa diuji dengan berbasis tes seperti RT PCR karena itu salah satu pengujian yang paling akurat untuk menemukan asal muasal virus," ujar Wien kepada .
"Atau bisa juga berbasis pada jaringan yang ada dari kasus-kasus yang terjadi sebelumnya. Jika ada sampel-sampel yang dikumpulkan maka bisa dipelajari lebih lanjut.”
Lebih jauh, menurut Wien, pencarian asal usul virus tergantung pada bahan-bahan awal yang dikumpulkan. Jika, bahan atau bukti awal tidak ada, maka peneliti akan sulit dalam menentukan asal usul virus secara pasti.
Wien juga menyampaikan durasi penemuan virus secara umum. Seperti telah dipaparkan sebelumnya, durasi penemuan asal usul virus juga tergantung pada kemudahan dalam mendapatkan lingkaran-lingkaran awal dari proses penyebaran virusnya.
"Tapi kalau untuk kasus SARS-CoV-2 ini bisa jadi akan memakan waktu hingga berbulan-bulan atau bisa juga malah bertahun-tahun. Tergantung dengan hal-hal awal yang terjadi itu kemudian dibuka agar bisa dipelajari lebih lanjut."
Dengan kata lain, semakin diketahui lingkaran awalnya maka semakin mudah untuk mencari asal usulnya. Dalam pencarian asal usul COVID-19, Wien yakin bahwa para peneliti WHO adalah orang-orang yang ahli di bidangnya. Namun, dalam hal ini, akses mereka dalam mendapatkan lingkaran awal juga sangat berpengaruh.
"Saya yakin mereka lebih tahu apa yang harus mereka cari, tapi yang jelas semuanya tergantung akses mereka kepada sumber-sumber awal dari kemungkinan penyebaran virus itu. Kalau hal tersebut disembunyikan otomatis mereka akan kesulitan dalam menemukan sumber awal," ia memungkasi.
Sementara di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin mengatakan, kegiatan di Wuhan hanyalah bagian dari penyelidikan, dan menegaskan kembali seruan agar AS mengizinkan pakar WHO untuk meluncurkan penyelidikan di negara tersebut.
"Kami berharap AS, seperti China, akan mengambil sikap terbuka dan transparan serta mengundang pakar WHO untuk melakukan penelitian dan kajian di AS," jelas Wang.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tim pakar badan kesehatan dunia WHO sudah selesai melakukan investigasi asal-usul Covid-19 di Wuhan China. Bagaimana hasilnya?
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
5 Hasil Investigasi WHO di Wuhan
![2](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/9GIvYIdMTGpvzhS2lNVyvOMNKcw=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3363570/original/097848700_1611979196-2.jpeg)
Pemerintah China menyambut hangat hasil investigasi Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO di Wuhan. Tim WHO tidak menemukan bukti Virus COVID-19 berasal dari laboratorium atau pasar basah setempat di Wuhan.
Ketika awal COVID-19 menyebar, teori kebocoran dari laboratorium Wuhan, serta virus dari pasar basah, sempat menjadi viral. Hasil investigasi WHO kini dijadikan pegangan oleh China.
Baca Juga
"Itu secara keseluruhan menepis teori konspirasi oleh beberapa pihak agresif yang anti-China, seperti mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang telah menuduh Institut Virologis Wuhan membocorkan virusnya," tulis media pemerintah China Global Times, pada Selasa 9 November 2021.
Berikut daftar temuan WHO di China selama menginvestigasi di Wuhan yang dimulai pada 14 Januari hingga mencapai kesimpulan pada 9 Februari 2021:
1. Bukan dari Laboratorium Wuhan
Tim WHO berkujung ke laboratorium-laboratorium di Wuhan pada 1 hingga 3 Februari 2021. Salah satu yang dikunjungi adalah Institut Virologis Wuhan.
Mereka juga berbicara dengan para staf laboratorium. Kesimpulannya, WHO tidak yakin COVID-19 berasal dari kebocoran laboratorium.
"Hipotesis insiden laboratorium sangatlah tidak mungkin untuk menjelaskan pengenalan virus itu ke populasi manusia," kata pakar keamanan pangan dan penyakit hewan WHO, Peter Ben Embarek.
2. Teori Pasar Wuhan
Tim WHO juga berkunjung ke pasar seafood dan pasar basah Wuhan pada 31 Januari 2021. Mereka tidak menilai pasar di Wuhan sebagai sumber dari COVID-19.
Menurut Global Times, pasar seafood Huanan hanya menjadi klaster, sebab ketika penyebaran terjadi di pasar itu, ada pula kasus di tempat-tempat lain.
Tim WHO dari China, Liang Wannian, berkata tidak ada bukti virusnya muncul dari pasar Huanan.
3. Bukan dari Kelelawar dan Pangolin Wuhan
Tim WHO menyebut kelelawar dan pangolin bukan penular pertama Virus Corona COVID-19. Global Times melaporkan dua spesies tersebut di Wuhan tidak terbukti menjadi sumbernya.
Hewan-hewan lain di Wuhan juga sudah diperiksa, totalnya ada 11 ribu sampel tes antibodi dari babi, sapi, kambing, ayam, dan bebek yang hasilnya negatif.
Hasil sampel tes swab dari 12 ribu hewan juga negatif, ujar Liang Wannian.
4. Makanan Beku
Teori yang juga menarik perhatian WHO adalah COVID-19 dari makanan beku, namun belum ada bukti pasti mengenai teori ini.
Liang Wenniang berkata ada beberapa toko di pasar seafood Huanan yang menjual produk rantai dingin (cold chain products). Virus COVID-19 juga bisa bertahan lama pada suhu rendah dan bisa dibawa ke jarak yang jauh.
Meski begitu, WHO belum temukan kaitannya dengan pasar Huanan. Ben Embarek berkata beberapa produk di pasar Huanan adalah impor, sehingga ia menyebut perlu mengikuti rantai pasokannya.
5. Investigasi Asia Tenggara
Tim WHO menyebut akan memeriksa spesies hewan di luar China. Sasaran selanjutnya adalah Jepang serta beberapa negara di Asia Tenggara.
Di Asia Tenggara, WHO sedang melirik Thailand dan Kamboja.
"Ada sebuah virus di Thailand yang berkaitan dekat dengan SARS-CoV-2, dan juga Jepang dan Kamboja. Ecohealth Alliance telah memulai pekerjaan melacak sumbernya," ujar Peter Daszak, Kepala EcoHealth Alliance dan anggota tim WHO.
Advertisement
China Bersikap Transparan
![4](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/AKAVzYHez5DJiDy7QMrXC8xjVcw=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3363589/original/021329500_1611980444-4.jpeg)
Tim ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang menyelidiki asal-usul Virus Corona COVID-19 di Wuhan, dengan dukungan dan bantuan dari pemerintah China.
"Sejak merebaknya pandemi, pihak Tiongkok telah menjaga komunikasi dan kerjasama erat dengan WHO dalam penelusuran asal-usul virus global. Para ahli Tiongkok juga telah berulang kali berkomunikasi dengan rekannya dari WHO mengenai topik terkait," kata Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian dalam konferensi pers yang digelar secara daring oleh Kedutaan Besar China pada Selasa 9 Februari.
Ia juga mengatakan bahwa WHO dan para ahli internasional memberikan komentar positif atas kunjungan tersebut. Direktur Jenderal WHO Tedros pun menyampaikan ucapan terima kasihnya atas dukungan China terhadap penelusuran asal-usul COVID-19.
Kunjungan itu mencakup beberapa pusat medis dan pengendalian penyakit China yaitu Rumah Sakit Jinyintan, Pasar Huanan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Institut Virologi di Wuhan, dan juga melakukan pertukaran yang produktif dengan para ilmuwan China.
"Saya ingin menekankan kembali bahwa penelusuran asal-usul virus adalah masalah ilmiah dan kami perlu menawarkan ruang luas bagi para ilmuwan untuk terlibat dalam penelitian ilmiah," ujar Dubes Xiao Qian.
Dilanjutkannya, bahwa "Pihak Tiongkok akan mempertahankan sikap terbuka, transparan, bertanggung jawab, terus bekerja sama dengan WHO, dan berkontribusi mencegah risiko di masa depan serta melindungi kesehatan dan keamanan masyarakat di seluruh dunia".
Dalam kesempatan itu, Dubes Xiao Qian juga menyampaikan bahwa China, atas permintaan WHO, memutuskan untuk mendonasikan 10 juta dosis vaksin COVID-19 kepada COVAX, terutama untuk memenuhi keputuhan mendesak negara-negara berkembang.
"WHO telah mulai meninjau otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin Tiongkok. Perusahaan terlibat akan terus menawarkan koordinasi erat. Kami berharap WHO menyelesaikan proses peninjauan secepatnya," jelas Dubes Xiao Qian.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa "Tiongkok sangat mementingkan seruan Direktur Jenderal Tedros untuk memvaksinasi populasi prioritas di semua negara dalam 100 hari pertama tahun 2021 ini, dan memedulikan kesulitan yang dihadapi dalam penerapan praktis COVAX, khususnya kesenjangan pasokan vaksin yang besar di bulan Febuari dan Maret".
Tolak Politisasi Asal Muasal COVID-19
![Covid-19 Jadi Nama Penganti Virus Corona](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/n4kjsmSE69if--PvIhlT4TxmPnc=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3048591/original/009516800_1581505231-20200212-Covid-19-Jadi-Nama-Penganti-Virus-Corona-2.jpg)
Duta Besar China untuk Amerika Serikat, Cui Tiankai, meminta agar tak ada politisasi terkait asal-muasal COVID-19. Ia berkata China mendukung penuh WHO yang sedang melakukan investigasi di Wuhan.
Dubes Cui berkata, menuduh tanpa alasan adalah hal yang berlawanan dengan spirit kemanusiaan. Ia meminta agar hati-hati dalam membuat tuduhan terkait COVID-19.
Baca Juga
"Saya pikir ketika orang-orang membuat tuduhan, mereka harus membuktikan tuduhan-tuduhan tersebut, dan mengucapkan hal-hal itu ketika kita masih menghadapi pandemi adalah hal yang berlawanan dengan spirit kemanusiaan," ujar Dubes Cui kepada CNN, seperti dikutip dari Xinhua, Senin 8 Februari.
Lebih lanjut, Dubes Cui memuji tim WHO yang sedang berada di Wuhan untuk memeriksa asal virus corona. WHO baru datang ke Wuhan sekitar setahun setelah pandemi merebak.
"Mereka bekerja sangat keras. Mereka mencoba untuk melihat semua fakta. Kita sangat mendukung mereka," ujar Dubes Cui.
Ia pun meminta agar masyarakat melihat pandemi dari sudut pandang ilmuwan, bukan politikus.
Selain memuji ilmuwan WHO, Dubes Cui turut menyarankan agar tracing (pelacakan) serupa dilakukan di berbagai negara. Ia mengacu pada laporan-laporan media bahwa sebelumnya ada kasus-kasus COVID-19 di berbagai negara.
"Jadi supaya umat manusia bisa bersiap lebih baik ketika dihadapi virus lain lagi. Tolong jangan mempolitisasi seluruh isunya. Tolong biarkan ilmuwan melakukan pekerjaan profesional mereka," jelasnya.
Pertama kali COVID-19 dideteksi di Wuhan pada Desember 2019. Dr. Li Wenliang mencoba mengumumkan kasus itu ke orang-orang terdekatnya, tapi akhirnya ditegur oleh otoritas di China.
Peringatan Dr. Li ternyata benar dan virus Corona menyebar di Wuhan dan seluruh dunia. Pada 7 Februari kemarin adalah tepat setahun usai Dr. Li meninggal akibat COVID-19.
Terkini Lainnya
5 Hasil Investigasi WHO di Wuhan Terkait Asal Usul COVID-19
AS Tolak Hasil Temuan Penyelidikan COVID-19 oleh WHO di Wuhan
COVID-19 Berasal dari Asia Tenggara? WHO Akan Investigasi
Saksikan video pilihan di bawah ini:
5 Hasil Investigasi WHO di Wuhan
Joe Biden Telepon Xi Jinping, Bahas Isu Xinjiang hingga COVID-19
Update 11 Februari 2021: Kasus COVID-19 di Dunia Capai 107 Juta
Korsel Waspadai Liburan Imlek 2021 Bisa Sebar COVID-19
China Bersikap Transparan
Tolak Politisasi Asal Muasal COVID-19
China Beri Izin Penggunaan Vaksin COVID-19 Sinovac untuk Umum
Joe Biden Tak Yakin AS Capai Herd Immunity COVID-19 pada Pertengahan 2021
Bukan Wuhan, Ini Kota Pertama di Dunia yang Terapkan Karantina Hadapi Wabah
China
COVID-19
Corona
who
wuhan
virus corona
COVID
Rekomendasi
Cerita Youtuber China AvGeek Sam Chui soal Penerbangan Haji Garuda Indonesia
Kasus Pencuri Pakai Masker Wajah Silikon Ultra-Realistis di China Picu Keresahan
Raksasa Asuransi China Jalin Kerja Sama dengan Bank Kripto Swiss
Mencermati Pertumbuhan Ekonomi China hingga Suku Bunga The Fed, Simak Rekomendasi Saham Pekan Ini 15-19 Juli 2024
Deretan Hoaks Catut Nama China, Simak Faktanya
Analis: 1 dari 7 Mobil Listrik China bakal Bangkrut pada 2030, cuma Merek Ini yang Bertahan!
Smelter Amman Mineral Mulai Produksi di Kuartal IV 2024
China Kerahkan Kapal Induk Shandong ke Lepas Pantai Filipina
Meski Viral Punya Tinggi Badan 2,2 Meter, Wanita di China Ini Ngaku Sulit Cari Pacar
Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Kate Middleton Bagikan Foto Langka Charlotte dan Louis Pakai Kostum dan Nonton Timnas Inggris di Rumah
Manchester United Tak Mungkin Rekrut Bintang Belanda di Euro 2024, 2 Klub Bundesliga Sudah Duluan Antre
Jadi Salah Satu Top Skor Euro 2024, Harry Kane Lebih Mahal dari Lamine Yamal
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Daftar Lengkap Juara Copa America Sepanjang Masa, Argentina Kuasai Podium Tertinggi
James Rodriguez jadi Pemain Terbaik di Copa America 2024, Segini Harganya jika Dibanding Messi
Lionel Messi Berlinang Air Mata Usai Alami Cedera di Final Copa America
Argentina Juara Copa America 2024, Lionel Messi Cetak Rekor Gelar Lampaui Legenda Brasil
Dari Bangku Cadangan, Lautaro Martinez Raih Gelar Top Skorer Copa America 2024
Piala Presiden 2024
Gelar Piala Presiden 2024, Erick Thohir Tidak Ingin Tragedi Kanjuruhan Terulang
Piala Presiden 2024 Dipastikan Tanpa Suporter Tandang, Ketum PSSI Erick Thohir Beber Alasannya
Piala Presiden 2024 Kembali Bergulir, Panitia Bongkar Kriteria Pemilihan 8 Peserta dan Pembagian Grup
Delapan Tim Bakal Bertarung di Turnamen Piala Presiden 2024
Emtek Grup Bakal Siarkan 16 Pertandingan Piala Presiden 2024
Piala Presiden 2024 Bergulir 19 Juli, Perebutkan Total Hadiah Rp5 Miliar
Donald Trump
HEADLINE: Geger Penembakan Donald Trump Saat Kampanye Pilpres AS, Dampaknya?
Pengamat: Masyarakat Amerika Serikat Semakin Mentolerir Kekerasan Politik
Kadin Siap Kerja Sama dengan AS Jika Joe Biden dan Donald Trump Menang Pemilu 2024
7 Respons Berbagai Pihak Mulai Melania, Joe Biden, hingga Presiden Jokowi Usai Penembakan Donald Trump
Menuju Konvensi Nasional Partai Republik, Donald Trump: Seharusnya Saya Sudah Mati
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
15 Juli 2009: Pesawat Iran Bawa 168 Orang Jatuh di Lapangan Usai Lepas Landas, Tak Ada yang Selamat
Populer
Kasus Pencuri Pakai Masker Wajah Silikon Ultra-Realistis di China Picu Keresahan
Remaja 18 Tahun Ditangkap Polisi Usai Bikin Laporan Palsu, Mengaku Diancam Pria dari Aplikasi Kencan
Partai Republik Tuding Joe Biden Jadi Dalang Penembakan Donald Trump
Perbedaan Ledakan Bintang Nova, Supernova, dan Hypernova
Kampanye Pilpres AS Terancam Terganggu Usai Insiden Penembakan Donald Trump
15 Juli 2009: Pesawat Iran Bawa 168 Orang Jatuh di Lapangan Usai Lepas Landas, Tak Ada yang Selamat
PBB: Populasi Dunia akan Meningkat, Sentuh Angka 10,3 Miliar pada 2080
Pengamat: Penembakan Donald Trump Bisa Bantu Dongkrak Suara dan Dukungan Jelang Pilpres AS 2024
Menuju Konvensi Nasional Partai Republik, Donald Trump: Seharusnya Saya Sudah Mati
Lamine Yamal
Bawa Spanyol Juarai Euro 2024, Beredar Foto Lamine Yamal Sewaktu Bayi Digendong Lionel Messi
Harga Fantastis Lamine Yamal, Pemain Muda Terbaik Euro 2024 yang Pecahkan Rekor Pele
Lamine Yamal Rengkuh Trofi Pemain Muda Terbaik Euro 2024
Spanyol Juara Euro 2024, Lamine Yamal Pemain Muda Terbaik dan La Roja Pecahkan Rekor Gol
Spanyol Sapu Bersih Seluruh Trofi di Euro 2024, Rodri, Olmo dan Yamal Lengkapi Kesempurnaan
Final Euro 2024 Spanyol vs Inggris, Lamine Yamal Dijamin Cetak Rekor Baru
Berita Terkini
Kisah Nabi Berkeinginan Puasa 9 Muharram, Buya Yahya Ungkap Fadhilah Tasu'a
Hari Ini PBNU Panggil 5 Pemuda Nahdliyin yang Bertemu Presiden Israel
Penyanyi Lawas Anie Carera Bagikan Kisah Pilu, Ditipu Suami Hingga Rp2 Miliar
PSY Tanggapi Kritik Penggemar karena Berat Badan Turun Drastis dengan Video Lucu
Bolehkah Gabungkan Niat Puasa Asyura dengan Qadha Ramadhan, Bagaimana Hukumnya?
Gelar Piala Presiden 2024, Erick Thohir Tidak Ingin Tragedi Kanjuruhan Terulang
Peliknya Mengatasi Mahalnya Harga Tiket Pesawat Rute Domestik karena Melibatkan Kepentingan Beragam Kementerian
7 Bintang Asia Sepanjang Sejarah Liga Inggris: Didominasi Pemain Korea Selatan
Ayah Rudapaksa Anak Kandung di Lampung Utara, Korban Hamil dan Dipaksa Aborsi
7 Fakta Menarik New Horizons, Wahana Berkecepatan Super
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Selasa 16 Juli 2024
Nurul Ghufron Daftar Jadi Capim KPK, Novel Baswedan: Mau Berbuat Kerusakan Seperti Apa Lagi?
Terbukti Berzina dengan Pemandu Lagu, Polisi Polda Lampung Divonis 4 Bulan Penjara
Melihat Inovasi Koperasi SMS Cirebon Transformasi di Era Digital
Puasa Asyura Tanpa Tasu’a Apakah Sah dan Dapat Pahala? Ini Kata Buya Yahya