uefau17.com

Presiden Iran Tewas Naik Helikopter Buatan AS, Simak Spesifikasinya - Bisnis

, Jakarta Presiden kedelapan Iran Ebrahim Raisi dinyatakan tewas dalam insiden kecelakaan. Helikopter yang membawa Presiden Iran dan rombongannya jatuh di wilayah Varzaqan, Provinsi Azarbaijan Timur pada hari Minggu (19/5/2024). Demikian pernyataan kantor berita Iran, IRNA, Senin (20/5).

Helikopter Raisi, bersama dua helikopter lainnya, sedang dalam perjalanan ke Kota Tabriz pada hari Minggu setelah dia meresmikan Bendungan Qiz Qalasi di perbatasan dengan Republik Azerbaijan pada hari yang sama.

Helikopter yang ditungganginya kali ini jenis Bell 212 yang diproduksi perusahaan Amerika Serikat (AS), Bell Helicopter. Bell 212 pertama kali diperkenalkan pada 1968.

Spesifikasi Bell 212

Bell 212 Twin Huey, atau dikenal juga sebagai Twin Two-Twelve, adalah helikopter medium dengan dua bilah rotor dan mesin ganda. Helikopter ini pertama kali terbang pada tahun 1968.

Helikopter yang diproduksi oleh Bell Helicopter yang berbasis di Fort Worth, Texas, ini tersedia untuk operator sipil dalam beberapa konfigurasi model. Salah satunya adalah model dengan 15 kursi yang dikemudikan oleh satu pilot, serta varian lainnya yang dapat menampung 14 penumpang.

Helikopter ini didasarkan pada model Bell 205 yang awalnya dikembangkan untuk militer Kanada. Oleh karena itu, produksi helikopter ini dipindahkan ke Kanada pada tahun 1988.

Bell 212 memiliki panjang rotor 14,64 meter, panjang bodi 17,43 meter, dan lebar bodi 3,83 meter.

Mesin helikopter ini menggunakan Pratt & Whitney Canada PT6T-3, yang terdiri dari dua turbin PT6 yang digabungkan. Mesin ini mampu menghasilkan tenaga hingga 1.800 shp.

Jika salah satu mesin mati, mesin yang lain mampu menghasilkan tenaga sebesar 900 shp selama 30 menit atau 765 shp (571 kW) secara terus menerus.

Hal ini memungkinkan helikopter Bell 212 untuk tetap beroperasi dengan kinerja optimal meskipun mengangkut beban maksimum.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Presiden Ebrahim Raisi Dikonfirmasi Tewas dalam Kecelakaan Helikopter, Media Iran: Dia Menjadi Martir

Ebrahim Raisi, presiden kedelapan Iran, menjadi martir setelah sebuah helikopter yang membawanya dan rombongannya jatuh di wilayah Varzaqan, Provinsi Azarbaijan Timur pada hari Minggu (19/5/2024). Demikian pernyataan kantor berita Iran, IRNA, Senin (20/5).

Helikopter Raisi, bersama dua helikopter lainnya, sedang dalam perjalanan ke Kota Tabriz pada hari Minggu setelah dia meresmikan Bendungan Qiz Qalasi di perbatasan dengan Republik Azerbaijan pada hari yang sama.

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian; Gubernur Provinsi Azarbaijan Timur Malek Rahmati; kepala tim pengawal Raisi, Mehdi Mousavi; dan perwakilan pemimpin tertinggi di Provinsi Azarbaijan Timur Mohammad Ali Al-e-Hashem dilaporkan berada dalam helikopter yang sama.

Pejabat lokal yang hadir di lokasi kecelakaan turut mengonfirmasi kematian Raisi dan tim pendampingnya.

Pemerintah Iran akan segera mengeluarkan pernyataan resmi.

Presiden Raisi yang berusia 63 tahun telah lama dianggap sebagai penerus Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei, otoritas tertinggi di Iran. Demikian seperti dikutip dari Al Jazeera.

Sosoknya yang dilabeli politikus garis keras dan konservatif secara agama, pertama kali mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2017, namun gagal. Dia akhirnya terpilih pada tahun 2021.

Presiden Raisi mulai belajar di sekolah keagamaan Qom yang terkenal pada usia 15 tahun dan melanjutkan belajar di bawah bimbingan beberapa cendekiawan muslim pada saat itu.

3 dari 3 halaman

Calon Kuat Penerus Khamenei

Pada tahun 1983, dia menikah dengan Jamileh Alamolhoda, putri Imam Masyhad Ahmad Alamolhoda. Mereka kemudian memiliki dua anak perempuan.

Selama lima bulan pada tahun 1988, dia menjadi bagian dari sebuah komite yang mengawasi serangkaian eksekusi tahanan politik, sebuah masa lalu yang membuatnya tidak populer di kalangan oposisi Iran dan menyebabkan Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadapnya. Pada tahun 1989, Raisi diangkat menjadi jaksa di Teheran setelah kematian Pemimpin Tertinggi pertama Iran Ayatullah Ruhollah Khomeini.

Raisi terus naik pangkat di bawah pengganti Khomeini, Ayatullah Khamenei, dan menjadi ketua Astan Quds Razavi, lembaga keagamaan terbesar di Masyhad, pada 7 Maret 2016, yang mengukuhkan statusnya dalam pemerintahan Iran.

Seorang kritikus terhadap kesepakatan tahun 2015 – yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) – Raisi berasal dari blok yang lebih garis keras dibandingkan Hassan Rouhani (presiden Iran 2013-2021), yang dipandang sebagai seorang moderat dalam sistem politik Iran.

Pada saat itu, JCPOA berada dalam kondisi kacau setelah Amerika Serikat (AS) – di bawah kepemimpinan mantan Presiden Donald Trump – secara sepihak menarik diri dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran, sehingga berdampak buruk terhadap perekonomian Iran.

Pandemi COVID-19 memperburuk keadaan Iran, dengan angka kematian melebihi 97.000 pada Agustus 2021.

Kredensial Raisi di lembaga keagamaan dilaporkan sangat kuat, di mana dia menjalin hubungan yang solid dengan mendiang Khomeini serta dengan Khamenei, yang telah menunjuknya ke beberapa posisi senior.

Raisi disebut berhasil pula menjaga hubungan baik dengan semua cabang pemerintahan, militer, dan legislatif serta kelas penguasa teokratis yang kuat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat