uefau17.com

Pikiran Negatif Datang Menyerang, Ini Cara Mengatasinya - Citizen6

, Jakarta Pemikiran negatif bisa sangat sulit untuk diatasi. Entah itu berurusan dengan ketakutan akan keselamatan fisik, ketidakpastian hubungan pribadi, atau prospek masalah keuangan, dan memanglah hidup ini dapat dengan cepat terasa dan tidak terkendali.

Pemikiran negatif dapat mencakup seseorang selalu berfikir ke dalam skenario takdir yang buruk, contohnya hanya dengan masuk ke dalam mobil saja mereka mengira akan mati dalam kecelakaan, berpikir bahwa semua hubungan pasti akan gagal, atau bahwa melakukan kesalahan kecil di tempat kerja akan menyebabkan pemecatan yang kemudian akan menyebabkan tunawisma.

Ketika seseorang mulai memperlakukan skenario terburuk sebagai sesuatu yang tak terelakkan, hal ini dapat menyebabkan mereka dapat menghiraukan tujuan utama mereka dalam hidup, serta dapat memperburuk kesehatan fisik dan mental mereka sendiri.

Sering kali, pemikiran seperti ini didorong oleh sejarah pribadi seseorang yang cukup kelam, serta bagaimana cara kerja otak mereka.

Jika Anda mengalami pemikiran yang sangat buruk, penting untuk mencari bantuan seorang profesional terlatih, yang dapat mereka dapat membantu Anda untuk meredakan pemikiran negatif ini.

Namun, bagi sebagian orang, baik yang memiliki riwayat trauma atau gangguan kesehatan mental seperti ADHD, hal ini bisa menjadi rumit dan pendekatan terapi yang lebih tradisional mungkin tidak efektif.

Dan berikut adalah yang perlu diketahui tentang menemukan bantuan yang paling sesuai untuk Anda, melansir dari Life Hacker, Selasa (23/04/2024)

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cara mengelola pemikiran negatif apabila Anda pernah memiliki riwayat trauma

Bagi orang-orang dengan riwayat trauma, pengalaman terssebut ini akan menginformasikan dan membentuk pemikiran mereka.

"Otak kita berusaha untuk membuat kita tetap aman," kata Kate Hanselman, seorang praktisi psikiatri dari Thriveworks. "Jika Anda memiliki riwayat trauma, otak Anda akan memikirkan skenario terburuk agar Anda tetap hidup."

Dalam konteks ini, seseorang yang pernah mengalami trauma akan menyaring pengalaman di masa depan melalui lensa pengalaman hidup mereka, di mana skenario terburuk dapat dengan mudah terlihat sebagai hasil yang paling mungkin dan logis di pikiran mereka.

Langkah pertama, jika Anda pernah mengalami traum adalah memastikan keamanan di sekitar lingkungan Anda, apabila tidak aman, cobalah untuk pindah ke tempat yang lebih aman dan nyaman sehingga pemikiran Anda tidak memikiran hal yang tidak-tidak.

Setelah berada dilingkungan yang membuat Anda merasa aman, barulah fokusnya bergeser ke pemrosesan trauma, yang sering kali mencakup menemukan cara-cara untuk memasukkan pengalaman hidup ini ke dalam pandangan dunia Anda, sambil tetap berfikir positif untuk Anda tetap lanjut menjalani kehidupan. "Banyak modalitas yang berfokus pada trauma yang bertujuan untuk memahami diri kita sendiri atau dunia secara berbeda," ucap Hanselman

Beberapa modalitas terapi yang dapat membantu mengatasi trauma termasuk terapi perilaku kognitif yang membantu pasien mengatasi pikiran dan keyakinan mereka tentang peristiwa traumatis.

Terapi pemaparan yang berkepanjangan (PE), yang bekerja secara bertahap untuk mengekspos pasien pada ketakutan mereka, sehingga mereka dapat bekerja untuk mengelola reaksinya.

Terapi desensitisasi dan pemrosesan ulang gerakan mata (EMDR), yang menggunakan gerakan mata untuk membantu pasien memproses ulang ingatan traumatis mereka.

Jenis-jenis terapi tersebut tentunya disesuaikan dengan kebutuhan pasien. "Alat-alatnya sangat mirip, tetapi cara penerapannya dan dukungan untuk penerapannya, itulah yang akan berbeda," kata Hanselman.

3 dari 4 halaman

Kondisi seperti autisme, ADHD, atau OCD dapat memerlukan pendekatan yang berbeda

Komplikasi lain dalam mengelola pemikiran negatif adalah jika seseorang memiliki gangguan seperti autisme, ADHD, atau OCD. Semua kondisi ini dapat memperburuk pemikiran negatif dan/atau mempersulit pengelolaannya.

"Perbedaan neurodivergen, seperti ADHD khususnya, akan mengarah pada beberapa hal yang memperburuk proses berpikir negatif," kata Andrew Kahn, seorang psikolog berlisensi, dan direktur asosiasi perubahan perilaku dan keahlian di Understood.org.

Bagi seseorang yang memiliki salah satu dari gangguan ini, dan sedang berjuang dengan pemikiran negatif, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat untuk kondisi mereka, karena ini akan membantu mengurangi kecenderungan untuk berpikir negatif.

"Jika Anda menderita ADHD, autisme, atau OCD, semakin dini dan semakin baik kami mendiagnosis Anda, semakin banyak cara penyembuhan yang dapat kami kembangkan," ucap Kahn.

Langkah kedua adalah mencari bantuan seorang praktisi kesehatan mental yang memahami bagaimana cara mengelola dan menyembuhkan gangguan tersebut, dan mereka akan menentukann cara terapi apa yang dapat berguna.

4 dari 4 halaman

Teknik terapi alternatif

Secara umum, terapi utama untuk pemikiran negatif adalah terapi perilaku kognitif, yang cenderung menekankan pada keterlibatan dengan mengelola pemikiran negatif tersebut. Namun, pendekatan ini mungkin tidak berhasil untuk beberapa orang.

Salah satu strategi lain yang dapat digunakan adalah pelatihan berbasis kesadaran, di mana seseorang berusaha belajar untuk mengenali dan hidup dengan pikiran-pikiran buruknya dengan cara yang masih memungkinkan mereka untuk menjalani hidup mereka.

"Saya akan memperlakukan pikiran negatif ini seperti balon yang terbang di langit, di mana saya tidak bisa menjangkau talinya untuk menurunkannya, jadi tidak ada yang bisa saya lakukan," ucap Kahn.

“Dengan demikian, hal ini memberi saya kesempatan untuk berlatih membiarkan pikiran dan pengalaman itu hidup, tanpa harus menyalahkan diri saya sendiri, bertengkar dengannya, berdebat, ataupun mencoba membuktikan bahwa hal itu tidak benar. Jika saya dapat membiarkannya hidup, maka seiring berjalannya waktu, pemikiran negatif tersebut dapat diputuskan." Jelasnya.

Strategi ini sering digunakan dalam terapi penerimaan dan komitmen, yang berfokus pada menemukan cara-cara untuk menerima pengalaman tertentu yang berada di luar kendali seseorang, dan menghasilkan strategi untuk melangkah maju.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat