, Bandung - Sembilan tahun lalu, Prof. Rovina Ruslami, dr., SpPD, PhD, sedang mengambil pendidikan program doktor (S3) di Belanda. Selesai menamatkan studinya, ia berkesempatan melakukan riset yang kelak menjadi temuannya untuk mengobati pasien Meningitis tuberkulosis (TB).
Prof. Rovina bercerita, kesempatan untuk melakukan pascadoktoralnya kala itu dimodali hibah pemerintah Belanda. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan langka itu, ia dan rekan-rekannya meneliti topik yang sedang hangat-hangatnya, yaitu Meningitis tuberkolosis.
"Penelitian ini berat, kita bahkan berhadapan dengan pasien yang sudah sakit berat. Tapi untungnya, kami punya tim yang sangat solid," tutur Prof. Rovina dalam diskusi Riung Karsa bertajuk Tantangan Pengobatan TBC pada Selaput Otak di Taman Bale Rumawat kampus Universitas Padjadjaran, Jalan Dipati Ukur No. 35, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat, 3 Agustus 2018.
Advertisement
Baca Juga
Penyakit tuberkulosis atau TB banyak menyerang warga negara-negara berkembang, tak terkecuali masyarakat di Indonesia. Penyakit ini adalah salah satu penyakit yang membunuh terutama daerah-daerah yang memiliki kondisi udara tidak sehat.
Penyakit TB ternyata tak hanya menyerang paru-paru saja, tapi juga dapat menyerang otak. Penyakit TB yang menyerang otak ini biasa disebut dengan Meningitis tuberkolosis.
Selama ini, kata Prof. Rovina, pengobatan Meningitis TB mengacu pada aturan pengobatan TB paru-paru. Ini disebabkan, belum ada dasar penelitian mengenai pengobatan meningitis TB secara global, sehingga acuannya masih mengikuti dosis pengobatan TB paru-paru.
"Sifat dari selaput otak itu sangat susah dilewati obat. Hanya 10 persen yang bisa menembus selaput otak. Kalau dia cukup dosisnya di paru-paru, jelas tidak cukup untuk di otak,” ujar Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad itu.
Penyakit Meningitis TB yang menyerang selaput otak, lebih berbahaya dibanding TB yang menyerang paru-paru. Data menunjukkan, dari 10 pengidap meningitis TB, sebanyak 5-7 jiwa tidak dapat terselamatkan.
Selama bertahun-tahun, Prof. Rovina bersama peneliti lainnya melakukan penelitian mengenai pengobatan meningitis TB. Ia berfokus pada penggunaan obat rifampisin, obat utama untuk TB paru-paru yang dinilai sangat kuat tetapi lebih ramah efek sampingnya dibanding obat TB lainnya.
Berdasarkan kasus, hanya sedikit obat yang bisa menembus selaput otak. Prof. Rovina lalu mengeksplorasi peningkatan dosis rifampisin pada penderita Meningitis TB. Tentunya, eksplorasi ini dilakukan kajian yang mendalam dan hati-hati, mengingat proses uji klinik ini melibatkan manusia.
"Uji klinik ini merupakan penelitian tertinggi levelnya dalam penelitian dan tidak main-main. Itu dikaji dengan ketat oleh komite etik dan badan khusus yang mengawasinya," kata dia menjelaskan.
Tak tanggung-tanggung, hampir 8 tahun ia melakukan uji klinik ini. Uji dilakukan kepada pengidap Meningitis TB secara langsung. Pemberian rifampisin dengan dosis yang ditingkatkan sedikit demi sedikit ini tidak bisa secara oral atau diminumkan kepada pasien. Ini disebabkan, seluruh pasien meningitis TB hampir dipastikan berada dalam kondisi tidak sadar.
"Kita lakukan secara injeksi, diberikan melalui infus," tuturnya.
Namun, proses penuh kehati-hatian ini berbuah baik. Peningkatan dosis rifampisin perlahan ternyata menekan angka kematian akibat Meningitis TB hingga setengahnya. Hingga saat ini, penelitian yang dilakukan Prof. Rovina berhasil menaikkan dosis menjadi tiga kali lipat dari dosis yang selama ini ditetapkan.
Guru besar bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi ini menuturkan, peningkatan dosis rifampisin ternyata tidak menimbulkan efek samping yang signifikan. Hasil penelitiannya, efek samping pasien yang mendapat rifampisin dosis tinggi ternyata sama dengan orang yang dapat dosis biasa.
Simak video pilihan berikut ini:
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Harapan Baru di Dunia Penelitian Tuberkolosis
Dalam melakukan penelitian ini, Prof. Rovina tidak sendiri. Dengan dibimbing Prof. Tri Hanggono, bersama dr. Ahmad Rizal Ganiem, Sp.S(K), PhD, tim dari Departemen Neurologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, serta tim peneliti dari Radboud University Medical Nijmegen, Belanda, mereka melakukan penelitian ini. Hasil penelitian tersebut kemudian mampu dipublikasikan di jurnal internasional.
Sejak publikasi internasional dan hasil penelitian, Prof. Rovina kemudian mendapat hibah penelitian BOPTN Unpad untuk penelitian kedua. Serta hibah PEER Health dari Amerika Serikat dan PSKLN Kemenristekdikti untuk penelitian ketiga.
Dari penelitian ketiga inilah dihasilkan peningkatan dosis rifampisin tiga kali lipat untuk mengobati meningitis TB. Hasil penelitian ini kembali lolos dipublikasikan di jurnal internasional terindeks Scopus.
"Tetapi, ini masih penelitian. Dalam dunia kedokteran, segala sesuatu itu sangat hati-hati. Ujian terakhir, dilakukan penelitian skala besar, melibatkan banyak pasien dari berbagai benua," paparnya.
Untuk itu, dalam waktu dekat, tim peneliti berkolaborasi dengan konsorsium Meningitis TB internasional akan melakukan penelitian dalam skala besar. Penelitian yang melibatkan lima negara, yaitu Uganda, Afrika Selatan, Belanda, Amerika Serikat, dan Indonesia ini didanai penuh oleh Badan Riset Medis atau Medical Riset Council (MRC) di Inggris.
Jika hasil penelitian besar itu berhasil dan tetap aman, metode pengobatan Meningitis TB akan berubah. Harapannya, temuan Prof. Rovina dan tim ini bisa diajukan sebagai rekomendasi panduan pengobatan meningitis TB kepada Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO).
"Jika kami berhasil menyelesaikan penelitian dalam tiga tahun dan terpublikasi juga maka 2022 sudah ada masukan buat WHO untuk mengubah panduan pengobatan Meningitis TB," tuturnya.
Advertisement
Hindari Merokok
Disinggung terkait usia pasien berpenyakit Meningitis TB, Prof. Rovina menjelaskan, penyakit ini banyak menyerang kelompok usia produktif, yaitu antara usia 20-30 tahun. Satu dari tiga manusia di bumi berpotensi memiliki kuman TB.
"Jika lingkungan berpengaruh, kuman TB akan bergerak atau membelah diri. Yang bisa melindungi TB berkembang biak adalah sistem imun pada tubuh," ucapnya.
Meski 10 persen dari penduduk bumi memiliki kuman TB, kuman ini menurutnya tidak akan berkembang biak jika sistem imun tubuhnya bagus. Akan tetapi bila sistem imun seseorang menurun, kuman TB akan mudah menyerang.
"Menjaga hidup sehat merupakan upaya efektif dalam meningkatkan sistem imun dalam tubuh," tegasnya.
Di sisi lain, ia juga mengingatkan perokok yang sudah terbukti sebagai faktor risiko terjangkit TB. Dengan demikian, larangan merokok sudah tidak diragukan lagi.
"Tidak ada sedikit pun keraguan melarang merokok karena banyak mudaratnya. Dengan TB, sudah jelas," ujarnya.
Terkini Lainnya
Bukan Hanya Paru-Paru, Tuberkulosis Juga Serang Organ Tubuh Lain
Jangan Lewatkan Pekan Depan Ada Malam Langit Gelap
Dari Potongan Majalah Bekas, Nandanggawe Ciptakan Karya Seni
Harapan Baru di Dunia Penelitian Tuberkolosis
Hindari Merokok
Meningitis Tuberkolosis
Meningitis TB
tuberkolosis
Universitas Padjadjaran
Rekomendasi
Ciptakan Teknologi Neurosafe, Mahasiswa Unpad Sabet 2 Penghargaan World Invent Singapore
Unpad Kaji Potensi Limbah Kerang Hijau Jadi Anti-Kandidiasis
Anies Baswedan
Kumpulan Foto Hoaks Sepekan: Anies Baswedan Pakai Kemeja Merah Berlogo PDIP hingga Peresmian Mal Pertama di IKN
Istana Heran Anies Salahkan Kekuasaan saat Tak Bisa Maju Pilkada 2024
Anies Tegaskan Hingga Saat Ini Tak Pernah Buka Sumbangan Pendaftaran Partai dan Ormas
Rampai Nusantara Bersuara soal Batalnya Anies Maju Pilgub 2024
Anies: Kalau Masuk Partai, Pertanyaannya Partai Mana yang Sekarang Tidak Tersandera Kekuasaan
PDIP Sebut Ada Peran Mulyono Gagalkan Anies di Jabar, NasDem: Kita Tidak Merasa Ditekan
Rano Karno
Oplet Rano Karno Tak Masuk LHKPN, KPK: Bukan Alat Transportasi Resmi
Jadi Cagub Jakarta, Pramono Anung Ungkap Alasan Belum Mundur dari Jabatan Seskab
Bakal Cawagub Jakarta Rano Karno Unggah Dialog soal Gubernur di Sinetron Si Doel Anak Sekolahan
Selesai Jalani Tes Kesehatan, Ini Cerita Pramono Anung-Rano Karno
Daftar Artis Jadi Calon Kepala Daerah Pilkada 2024: Rano Karno hingga Krisdayanti
Ridwan Kamil Tampil Bak Si Pitung Saat Daftar Pilkada 2024, Pakai Kain Betawi Bermotif Tolak Bala
Monkeypox
Bandara Soekarno-Hatta Perketat Pengawasan Mpox pada Penumpang Internasional, Siapkan Ruang Isolasi Khusus
Masyarakat Was-Was soal Mpox, Menkes Budi: Tenang, Terpenting Berperilaku Baik
Mengenal Gejala dan Cara Cegah Monkeypox, Virus Cacar Monyet yang Sedang Viral
Infografis Jurus Kemenkes Tangkal Penyebaran Mpox dan Gejala hingga Pengobatan Cacar Monyet
BRI Liga 1
Jadwal BRI Liga 1 2024/2025 usai Jeda Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Hasil BRI Liga 1 Borneo FC vs Bali United: Menang 2-0, Pesut Etam Jaga Rekor 100 Persen
Hore! Beli Tiket Pertandingan BRI Liga 1 Bisa Lewat Super Apps BRImo, Mudah dan Bebas Antri
Jadwal BRI Liga 1 2024/2025, Selasa 27 Agustus: Borneo FC vs Bali United
Mau Nonton Pertandingan BRI Liga 1? Beli Tiketnya Lewat BRImo Aja!
Hasil BRI Liga 1 2024/2025: Hajar Dewa United, PSM Makassar Masih Sempurna dan Pimpin Klasemen
TOPIK POPULER
Populer
Agustus Puncak Musim Kemarau, Masyarakat Diimbau Melapor Jika Butuh Air Bersih
Akan Tampil di 7 Negara dan Kawasan, YOASOBI Kembali Adakan Tur Asia
Prabowo Kukuhkan Ade Jona Sebagai Ketua Gerindra Sumut, Paulus Sinambela Ucapkan Selamat
Pengembangan Kawasan Industri dan Tradisi Baru Bernama Banjir
Sempat Tunda Jadwal, Krisdayanti Tuntaskan Tes Kesehatan Pilkada Kota Batu
Perkuat UMKM melalui Ekonomi Digital Mampu Hadapi Potensi Resesi
DPRD Jatim 2019-2024 Tuntaskan 60 Perda dari 160 Raperda yang Diprogramkan, Pandemi Covid-19 Jadi Kendala
Adhy Karyono Ingin Jatim Juara Umum PON Sumut-Aceh, Janjikan Bonus untuk Atlet Peraih Medali
Jadi Tersangka KPK, Karna Suswandi Tetap Sah Jadi Calon Bupati Pilkada Situbondo 2024
Hari Kesadaran Overdosis Internasional 31 Agustus
Pilkada 2024
Prabowo: Pilkada Jabar, Ngeri-ngeri Sedap
Ketika Ma’ruf Amin Langsung 'Turun Gunung’ di Tengah Isu Muktamar Tandingan PKB
Pilkada Depok, 2 Paslon Calon Wali dan Wakil Wali Jalani Tes Kesehatan
Paslon Pilkada Kota Tangerang 2024 Sachrudin-Maryono Jalani Tes Kesehatan, Curhat Hal Ini
Tokoh Ogotumubu Sebut Kepemimpinan Anwar Hafid Didambakan Masyarakat Sulteng
Istana Heran Anies Salahkan Kekuasaan saat Tak Bisa Maju Pilkada 2024
Berita Terkini
Kisah Sumur Mbah Kholil Bangkalan yang Tak Pernah Kering meski Musim Kemarau, Karomah Wali
Prabowo Sentil Orang Pintar hingga Profesor yang Banyak Bicara di Podcast
Jasad Kakek 90 Tahun Ditemukan Mengambang di Aliran Irigasi
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Minggu 1 September 2024
Saat Prabowo Kembali Ungkit Omon-Omon dan Angka 11 Persen di Pidato Rapimnas Gerindra
Yuk Biasakan Memilih Peralatan Rumah Tangga Lebih Ramah Lingkungan
KY Tanggapi Penolakan Calon Hakim oleh Komisi III DPR RI
Pelaku Penembakan Mahasiswa Magang di Kantor Bawaslu Lampung Berhasil Ditangkap
Kisah Berandal Lokajaya Panik saat Hendak Merampok Sunan Bonang, Wujudnya Jadi Banyak
Prabowo: Pilkada Jabar, Ngeri-ngeri Sedap
Andra Soni Daftar ke KPU Jadi Bakal Calon Gubernur Banten 2024
Denny Sumargo Tanya Bagaimana Wujud Asli dan Bukti Allah Itu Ada? Ini Kata Ustadz Khalid Basalamah
Korban Tertembak Peluru Nyasar di Bawaslu Lampung Ternyata Mahasiswa yang sedang Magang
Siap-Siap Woi, Film AIU-EO Macam Betool Aja Bakal Medan-kan Bioskop Nasional
5 Pemain Uruguay Termahal Sepanjang Sejarah: Termasuk Rekrutan Anyar Manchester United